ASSESSMENT
PEMBELAJARAN IPA
DI SEKOLAH DASAR
Oleh:
Atin Kurniawati[1]
A. PENDAHULUAN
Dalam kegiatan
pembelajaran tentunya tidak terlepas dari adanya perencanaan, proses pelaksanaan,
dan juga adanya penilaian. Serangkaian kegiatan tersebut jika saling bersinergi
maka akan menghasilkan out put yang baik, yaitu diharapkan mampu
menghasilkan kualitas dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Kualitas dari
pembelajaran yang telah dilakukan serta tujuan yang diharapkan, dapat dilihat
melalui sistem penilaian yang digunakan. Indikator keberhasilan proses
pembelajaran ditunjukan oleh nilai yang dicapai oleh peserta didik yang
mencerminkan penguasaan terhadap materi ajar. Penyusunan penilaian (assessment) yang baik akan
menentukan hasil dari penilaian yang dilakukan. Asesmen yang dilakukan guru
pada dasarnya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
Asesmen merupakan
kegiatan pengumpulan informasi dalam rangka pengambilan keputusan-keputusan
berdasarkan informasi. Dalam konteks pembelajaran, asesmen berarti pengumpulan
berbagai informasi tentang proses dan hasil belajar siswa dalam rangka
menentukan keputusan-keputusan yang perlu dilakukan dalam pembelajaran (Anderson,
2003:4).
Antara asesmen,
penilaian, evaluasi dalam kegiatan pembelajaran merupakan mata rantai yang tak
terpisahka. Sebelum pembahasan lebih mendalam terkait dengan penilain, akan
kita bahas tentang evaluasi, penilaian, tes dan pengukuran.
B.
EVALUASI,
PENILAIAN, PENGUKURAN, DAN TES
Terkait dengan asesmen
dalam dunia pendidikan terdapat beberapa istilah yang terkait dengan penilaian
yaitu evaluasi, penilaian, tes, dan pengukuran. Keempat istilah ini terkadang
digunakan mengacu pada satu hal sama. Namun demikian, pada prinsipnya keempat
istilah sebenarnya memiliki perbedaan.
Menurut Nitko (1996),
Ebel, dan Friesbe (1991) mengemukakan bahwa pengukuran merupakan sebuah
prosedur penentuan dan penetapan skor untuk menentukan spesifikasi atribut atau
karakteriistik siswa. Sedangkan tes didefinisikan sebagai instrumen atau
prosedur sistematis untuk mengobservasi dan mendeskripsikan satu atau lebih
karakter siswa menggunakan skala numerik atau skema klasifikasi.
Senada dengan kedua
ahli di atas, Miler, et al. (2009)
menyatakan bahwa pengukuran dipandang sebagai proses menetapkan nilai hasil tes
atau jenis penilaian lainnya yang memiliki aturan-aturan khusus. Oleh sebab
itu, pengukuran biasanya menjawab pertanyaan “seberapa banyak?” Tes merupakan
instrumen untuk mengukur sampel perilaku melalui seperangkat pertanyaan secara
seragam. Sebagai salah satu alat penilaian, tes biasanya menjawab pertanyaan
“seberapa baik performa seorang siswa dibandingkan dengan siswa lain atau
dibandingkan dengan performa tugas yang diterapkan?”.
Konsep penilaian (assessment),
merupakan istilah umum yang mencangkup semua metode yang biasa digunakan untuk
menilai unjuk kerja individu atau kelompok peserta didik. Proses penilaian
mencakup pengumpulan bukti yang menunjukkan pencapaian belajar peserta didik.
Angelo dan Cross (1993) menyatakan bahwa penilaian merupakan sebuah proses yang
didesain untuk membantu guru menemukan apa yang telah dipelajari siswa di dalam
kelas dan bagaimana tingkat keberhasilan mereka mempelajarinya. Penilaian
mencakup semua proses pembelajaran. Oleh karena itu, kegiatan penilaian tidak
terbatas pada karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas, dan
administrasi sekolah. Instrumen penilaian dapat berupa tes tertulis, tes lisan,
lembar pengamatan, pedoman wawancara, tugas rumah, dan sebagainya. Penilaian
juga diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran atau kegiatan
untuk memperoleh informasi tentang pencapaian kemajuan belajar peserta didik.
Popham (2011)
menyatakan bahwa penilaian merupakan usaha formal yang dilakukan untuk
menjelaskan status siswa dalam variabel penting pendidikan. Variabel penting
pendidikan di sini meliputi ranah pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Tes dan
pengukuran disini dipandang sebagai alat ukur untuk melakukan penilaian. Senada
dengan Popham, Miller, et al. (2009)
menyatakan bahwa penilaian sebagai istilah umum yang berisi seluruh prosedur
untuk mendapatkan informasi tentang status belajar siswa dan membuat keputusan
berdasarkan perkembangan belajar siswa. Tes merupakan salah satu jenis
penilaian yang secara khsusus berisi seperangkat soal yang diberikan selama
periode tertentu untuk membandingkan kondisi seluruh siswa.
Dalam kaitannya dengan
pola pengambilan keputusan yang dilakukan guru, penilaian dipandang sebagai
proses pengumpulan informasi tentang siswa yang dapat digunakan untuk membuat
keputusan bagi guru dalam rangka melaksanakan proses pembelajaran. Karena
penilaian sangat berhubungan dengan pengambilan keputusan dan meningkatkan
kualitas pengambilan keputusan, penilaian harus secara serius dilakukan guru
dengan mempertimbangkan etika penilaian, proses persiapan yang matang,
mempertimbangkan standarisasi tes tersebut (Anderson, 2003). Nitko (1996)
menyatakan bahwa penilaian merupakan sebuah proses untuk mengumpulkan informasi
yang akan digunakan untuk membuat keputusan tentang siswa, kurikulum, program
pembelajaran, dan kebijakan pendidikan secara umum.
Menhens dan Lehmann
(1991) berpendapat bahwa evaluasi (evaluation) adalah penilaian yang
sistemik tentang manfaat atau kegunaan suatu objek. Dalam melakukan evaluasi
terdapat judgement untuk menentukan nilai suatu program yang sedikit
banyak mengandung unsur subjektif. Data hasil pengukuran dan informasi hasil
penilaian yang memiliki banyak dimensi, seperti kemampuan, kreativitas, sikap,
minat, keterampilan dan sebagainya sangat diperlukan pada kegiatan evaluasi.
Pada kegiatan evaluasi ini, alat ukur yang digunakanpun juga bervariasi
bergantung pada jenis data yang ingin diperoleh. Menurut Burden dan Byrd (1999:
333) mengemukakan bahwa:
“Evaluation is a process in which the teacher uses
information derived from many sources to arrive at a value judgment. Evaluation
may be based on measurement data, but also might be based on other types of
data such as quetionnaries, direct observation, written or oral performance
ratings, or interviews.”
Sejalan dengan Burden
dan Byrd, Richard dan Rodgers (2001: 158) juga mengungkapkan bahwa:
evaluation refers to procedures for gathering data
on the dynamics, effectiveness, acceptability, and efficiency of language
program for the purposes of decision making. Bassically, evaluation addresses
whether the goals and objecyvives of language program are being attained, that
is, whether the program is effective in absolute term.
Groundlund (1993)
menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses sistemik untuk mengukur tugas
belajar siswa secara representatif. Evaluasi dalam bidang pembelajaran memiliki
berbagai fungsi yakni mengukur hasil belajar, mengetahui kelemahan
pembelajaran, menginformasikan keefektifan metode pembelajaran dan bahan ajar
yang digunakan. Evaluasi menurut Gullo (2005) dimaknai sebagai sebuah proses
membuat keputusan tentang prestasi nilai, keberhasilan program pendidikan,
keberhasilan proyek, kualitas bahan, atau keunggulan teknik tertentu. Disamping
itu evaluasi juga mencakup teknik penelitian untuk menguji dan menarik
kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh yaitu dapat berupa hasil pengamatan
sistematis maupun nonsistematis atas objek yang diamati. Adapun pada evaluasi
pendidikan kedudukan dari penilaian adalah sebagai prosedur khusus yang
digunakan untuk membuat keputusan tentang pembelajaran.
Pengukuran, penilaian,
tes, dan evaluasi merupakan hal yang berbeda. Pengukuran, penilain, dan
evaluasi bersifat bertahap (hierarkis), maksudnya kegiatan dilakukan secara
berurutan, dimulai dengan pengukuran, kemudian penilaian, dan terakhir
evaluasi. Tes merupakan sebagai alat yang digunakan untuk melakukan kegiatan
penilaian.
Secara lebih terperinci
dapat dinyatakan bahwa evaluasi merupakan proses penilaian dilakukan secara
luas pada selurus aspek pendidikan baik pembelajaran, program maupun
kelembagaan. Penilaian merupakan bagian dari dari kegiatan evaluasi yang
terfous pada dimensi pembelajaran yang didalamnya terkandung juga istilah tes
dan pengukuran. Tes merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk
melakukan penilaian. Pengukuran dipihak lain merupakan prosedur penerapan skor
atas pencapaian kinerja yang diperoleh siswa.
C.
MACAM
PENILAIAN
Hakikat penilaian dan
evaluasi adalah upaya sistematik dan sistemik untuk mengumpulkan dan mengolah
data atau informasi yang shahih dan reliabel dalam rangka melakukan
pertimbangan untuk pengambilan kebijakan suatu program pendidikan. Penilaian
yang dilakukan guru di kelas terkait dengan kegiatan pembelajaran atau belajar
mengajar merupakan sebuah proses menghimpun fakta-fakta dan dokumen belajar siswa
untuk melakukan perbaikan program pembelajaran. Penilaian dapat dimanfaatkan
oleh guru untuk membuat atau memperbaiki perencanaan pembelajaran. Oleh karena
itu, kegiatan penilaian proses dan hasil belajar membutuhkan informasi yang
bervariasi dari setiap siswa atau kelompok siswa. Guru dapat melakukan dengan
mengumpulkan catatan pertemuan, observasi, portofolio, catatan harian, produk,
ujian, data hasil interview, survey, dan sebagainya. Penilaian
yang tepat dapat memberikan cerminan refleksi peristiwa pembelajaran yang
dialami siswa. Penilaian yang tepat tidak hanya menunjukan perilaku belajar
siswa secara lengkap, tetapi juga perilaku siswa dalam kehidupan nyata.
Perilaku siswa pada saat istirahat, berkomunikasi dengan guru, menghadapi
teman, bekerja sama dengan orang lain, mengikuti pelajaran, membuat tugas,
menghasilkan produk, mengerjakan proyek dan kondisi-kondisi lainnya harusnya
dinilai untuk memperoleh gambaran lengkap tentang siswa.
Sistem penilaian yang
digunakan dalam pembelajaran beraneka ragam, yang masing-masing mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Sistem penilaian tersebut antara lain melalui
portofolio, unjuk kerja (performance), penugasan atau proyek, hasil
kerja atau produk, sikap dan komunikasi siswa, dan terakhir tes tertulis (paper
and pencil test).
Pelaksanaan penilaian
yang banyak dijumpai di lapangan adalah menggunakan
tes tertulis (paper and pencil test). Walaupun sebenarnya asesmen ini
memiliki banyak kelemahan disamping memiliki kelebihan. Dalam penggunaan
asesmen paper and pencil test ini dirasa lebih mudah serta tidak
membutuhkan waktu yang lama. Asesmen ini lebih mengukur kemampuan kognitif
peserta didik, sedangkan kemampuan afektif dan psikomotorik belum terukur,
sehingga kurang tepat jika guru melakukan penilaian hanya dengan tes tertulis (paper
and pencil test).
Peran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) ikut andil dalam mencerdaskan masyarakat serta membentuk karakter
peserta didik. IPA termasuk fisika mencakup semua aspek pengetahuan yang
dihasilkan melalui metode saintifik, tidak terbatas pada fakta dan konsep saja
tetapi juga aplikasi pengetahuan dan prosesnya yang mengacu pada kemajuan pola
pikir manusia, sehingga IPA termasuk fisika memiliki dimensi produk ilmiah (scientific product), proses ilmiah (scientific process), sikap ilmiah (scientific attitude), dan aplikasi dalam
kehidupan sehari-hari. Secara holistik tidak lepas dari aspek kognitif, aspek
afektif dan aspek psikomotorik. Pada penilaian pun tidak hanya mengutamakan
kemampuan kognitif tetapi juga harus meliputi kemampuan afektif dan
psikomotorik.
Menurut Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 58 ayat 1,
dikemukakan bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik
untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik
secara berkesinambungan. Ditegaskan pula dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2007 bagian teknik dan instrumen penilaian bahwa (1)
penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian
berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain
yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta
didik, (2) Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes
kinerja. Dinyatakan pula dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 20 Tahun 2007
tentang Standar Penilaian bahwa penilaian hasil belajar peserta didik
didasarkan pada prinsip-prinsip; sahih, obyektif, adil, terpadu, terbuka,
menyeluruh, sistematis, beracuan kriteria, dan akuntabel.
Menurut Permendikbud
No 66 tahun 2013 tentang standar metode penilaian pendidikan yang harus
digunakan di sekolah, bahwa penilaian yang digunakan harus mencakup ranah
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dari beragam jenis penilaian yang ada
tidak semua jenis mampu mengcover ketiga ranah secara holistik. Hanya beberapa
saja yang bisa.
D.
PENILAIAN
IPA
Dalam kegiatan
Pembelajaran IPA agar menjadi bermakna maka perlu untuk selalu mengingat dan
menanamkan bahwa tujuan pembelajaran IPA adalah:
1.
Meningkatkan
keyakinan terhadap kebesaran Allah berdasarkan keberadaan, keindahan dan
keteraturan alam ciptaanNya.
2.
Mengembangkan
pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Mengembangkan
rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang
saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
4.
Melakukan
inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan
bertindak ilmiah serta berkomunikasi.
5.
Meningkatkan
kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan
lingkungan serta sumber daya alam.
6.
Meningkatkan
kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu
ciptaan Allah.
7.
Meningkatkan
pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang selanjutnya.
Beranjak dari tujuan
pembelajaran IPA inilah perlu kiranya merancang sebuah penilaian sebagai output
untuk mengukur kemampuan siswa
Penilaian IPA tentunya
tak lepas dari cakupan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang secara
holistik saling bersinergi. Ini dapat tercover diantaranya melalui penilaian
autentik (authentic assessment). Authentic
assessment merupakan salah satu bentuk penilaian dalam bidang pendidikan
yang sangat sesuai untuk diterapkan dalam proses penilaian untuk pembelajaran
(Many, 1999: 1).
Arends (2007: 217)
mengemukakan bahwa dalam suatu bentuk penilaian biasanya mengenai seluruh
rentang hasil informasi dan sintesis oleh guru tentang peserta didiknya dan
kelasnya. Informasi dapat dihasilkan pada peserta didik dari jalan informal maupun formal. Jalan informal
seperti termasuk mengobservasi dan mengubah bahasa. Hal tersebut dapat juga
dihasilkan dari jalan formal seperti pekerjaan rumah, tes, penulisan laporan.
Informasi tentang kelas dan instruksi guru dapat juga menjadi bagian dari
penilaian.
Menurut Bahhrul Hayat
(2010: 2-3) penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru
tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik
melalui berbagai teknik yang mampu membuktikan, atau menunjukkan secara tepat
bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi ) telah benar-benar
dikuasai dan dicapai. Arends (2007: 245) juga mengemukakan bahwa penilaian
autentik termasuk mendemonstrasikan sebuah langkah selanjutnya dan penekanan
penting dari aplikasi kemampuan dengan konteks pada kehidupan kehidupan riil.
Senada dengan Arends, (Smith & Timothy K, 1997: 2) berpendapat bahwa authentic assessment merupakan proses
pengumpulan informasi pada situasi kehidupan riil dimana siswa
mendemonstrasikan suatu kompetensi dengan menunjukkan kemampuan
keterampilannya.
Adapun prinsip-prinsip
penilaian autentik menurut Bahrul Hayat (2010: 2) meliputi:
1.
Proses
penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran,
bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (a part of, not apart from, instruction).
2.
Penilaian
harus mencerminkan masalah dunia nyata (real
world problems), bukan masalah dunia sekolah (school work-kind of problems)
3.
Penilaian
harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria yang sesuai dengan
karakteristik dan esensi pengalaman belajar.
4.
Penilaian
harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran
(kognitif, afektif, dan sensori-motorik).
Tujuan dari authentic
assessment adalah untuk menguji kemampuan peserta didik dalam menampilkan
pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai situasi dan konteks yang realistik.
Authentic assessment dapat dilakukan
dengan ujuk kerja, proyek menulis, demonstrasi debat, simulasi, presentasi atau
tugas terbuka pendek lainnya (Robinson et
all, 2005: 2). Senada dengan Robinson et
al, Olfos dan Zulantari (2007: 156) menjelaskan yang termasuk dalam authentic assessment meliputi penulisan produk,
portofolio, observasi dan proyek.
Authentic
assessment berfokus
pada pengamatan langsung terhadap kinerja peserta didik, yaitu dengan membuat
proyek atau melakukan tugas-tugas berbasis kinerja yang telah ditentukan
standar kriteria dan indikatornya kemudian dievaluasi dengan rubrik. Marziyeh N
dan Taher B (2014: 139) mengemukakan rubrik merupakan alat pemberi skor yang
berisi daftar kriteria untuk sebuah kinerja atau hasil yang diharapakan. Zainul
A (2010: 29-30) menjelaskan bahwa penilaian rubrik dapat dilihat dari: (1)
Berhubungan langsung antara rubrik dan kriteria yang dinilai; (2) Cakupan
dimensi kinerja dalam rubrik yang dinilai; (3) Pemilihan kriteria menggunakan
standar yang berlaku; (4) Dimensi dan skala yang digunakan terdefinisi; (5)
Penggunaan skala numerik, dengan skor yang objektif menggambarkan perbedaan
setiap kategori kinerja; (6) Seberapa jauh selisih skor yang dihasilkan oleh rater yang berbeda; (7) Rubrik yang digunakan
dipahami oleh peserta didik; (8) Rubrik bebas dari bias; serta (9) Rubrik mudah
digunakan, praktis, dan mudah diadministrasikan.
Mundilarto (2012: 24) mengemukakan bahwa penilaian autentik (authentic
assessment) dimaksudkan untuk mengukur berbagai macam
kompetensi di dalam konteks yang hampir sama dengan situasi dimana kompetensi
tersebut diperlukan. Pada penilaian autentik akan menghadapkan peserta didik
pada tantangan dunia nyata yang menghendaki mereka menerapkan pengetahuan dan
keterampilan yang relevan yang telah dikuasai. Peserta didik diminta
mendemonstrasikan pengetahuan, keterampilan, atau kompetensi-kompetensinya
dengan cara apapun yang mereka anggap tepat. Penilaian autentik ini diharapkan
dapat dipergunakan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik menerapkan
pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah-masalah nyata yang
dihadapi.
Mundilarto (2012: 24-25) berpendapat bahwa penilaian autentik dapat
dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tulis maupun lisan,
pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk,
penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Tujuan penerapan penilaian autentik
itu sendiri adalah untuk memberikan informasi yang valid dan akurat tentang apa
yang diketahui serta dapat dilakukan oleh peserta didik.
Menurut Nitko
(2007: 171) tugas autentik mempunyai karakteristik:
1.
Tugas
autentik membutuhkan peserta didik untuk menggunakan pengetahuan mereka untuk
melakukan tugas berarti.
2.
Tugas
autentik komplek dan membutuhkan peserta didik untuk menggunakan kombinasi
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berbeda.
3.
Penilaian
kinerja membutuhkan kualitas tinggi, komplit dan tanggapan yang dapat
dibenarkan, kinerja, atau produk.
4.
Penilaian
kinerja menstandarkan dan kriteria khusus yang jelas untuk penilaian pilihan
jawaban benar yang mungkin, kinerja, atau produk.
5.
Jalan
jalan simulasi penilaian kinerja dimana peserta didik harus menggunakan
kombinasi dari pengetahuan, keterampilan dan kemampuan di dunia nyata.
6.
Penilaian
kinerja memberikan kepada para peserta didik sedikit struktur “tantangan dan
peran” yang sama untuk peran dan tugas-tugas itu mereka seperti untuk pertemuan
dewasa pada saat kerja dan di rumah.
Berdasarkan uraian diatas, authentic assessment merupakan suatu bentuk penilaian di dalam suatu pembelajaran untuk
mengukur berbagai macam kompetensi dengan menampilkan beberapa keterampilan dan
pengetahuan dalam situasi maupun konteks yang realistik.
E. PARADIGMA BARU PENILAIAN IPA SD
Jenis penilain yang digunakan di tingkat sekolah dasar beragam
macamnya. Diantaranya adalah tes tertulis, proyek, produk, portofolio penilaian
kinerja (performance), penilaian diri, penilaian antar teman dan sebagainya. Adapun
pardigma baru dalam penilaian di sekolah dasar terutama untuk mata pelajaran
ilmu pengetahuan alam adalah sebagai berikut.
1.
Penilaian Kinerja (Performance)
Penilaian kinerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati
kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk
menilai ketercapaian kompetensi yang menurut siswa melakukan tugas tertentu seperti
praktek di laboratorium.
Penilaian unjuk kerja
merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan atau kinerja siswa
dalam melakukan sesuatu. Cara penilaian ini lebih autentik daripada tes
tertulis karena bentuk tugasnya lebih mencerminkan kemampuan siswa yang
sebenarnya. Semakin banyak kesempatan guru mengamati unjuk kerja siswa, semakin
reliabel hasil penilaian kemampuan siswa.
Arends (2007: 245)
mengemukakan bahwa penilain tugas kinerja adalah untuk mendemonstrasikan
perilaku yang pasti atau kemampuan pada situasi tes. Senada dengan Arends (Hari
Setiadi (2008: 1) menyatakan bahwa performance assessment adalah suatu
penilaian yang menuntut peserta tes untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan
pengetahuannya ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
Sering kali performance assessment dikaitkan dengan suatu kriteria yang
diinginkan dalam praktek kehidupn sehari-hari. Menurut Nitko (2007: 168) Tugas
kinerja adalah sebuah aktivitas penilaian yang membutuhkan peserta didik untuk
mendemonstrasikan langsung prestasi dari sebuah target pengetahuan dengan
menghasilkan tulisan diperluas atau jawaban lisan, dengan melibatkan pada
aktivitas kelompok atau individu, atau dengan menciptakan sebuah produk
tertentu.
Nitko (2007: 168)
mengemukakan bahwa tujuan tugas kinerja adalah memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menunjukkan pengetahuannya pada sebuah situasi baru. Tugas kinerja dapat menolong peserta didik
membuat hubungan antara keterampilan dan kemampuan yang dipelajari pada mata
pelajaran sendiri, atau antara pembelajaran sekolah, di rumah, dan kegiatan
dunia nyata.
Menurut Denilson
(Hamid, 2011: 136) penilaian unjuk kerja adalah penilaian belajar siswa yang
meliputi semua penilaian dalam bentuk tulisan, produk, atau sikap selain bentuk
pilihan ganda, menjodohkan benar–salah, atau jawaban singkat. Dengan demikian,
merancang dan melaksanakan penilaian unjuk kerja bisa menghabiskan energi dan
waktu yang lebih banyak daripada membuat dan melaksanakan tes tertulis. Tes
tertulis lebih mudah dilakukan, namun penilaian unjuk kerja memiliki kelebihan
yang tidak dipunyai tertulis
Kelebihan dari
penilaian kinerja menurut Nitko (2007: 170) adalah:
1.
Penilaian
kinerja dengan kualitas tinggi sulit untuk dikreasikan.
2.
Rubrik
skor dengan kualitas tinggi sulit untuk dikreasikan.
3.
Tugas
kinerja yang komplek membutuhkan banyak waktu.
4.
Tanggapan
skor tugas kinerja mengambil waktu yang lama.
5.
Skor
dari penilaian kinerja mungkin memiliki skor reabiliti yang rendah.
6.
Kinerja
peserta didik pada satu teks menyediakan sedikit informasi tentang kinerjanya
pada tugas-tugas lainnya.
7.
Penilaian
kinerja tidak menilai seluruh target pembelajaran dengan baik.
8.
Tugas
komplek yang membutuhkan peserta didik untuk menyokong minat mereka dan
ketidaktertarikan lebih panjang periode mungkin sedikit mengecilkan kemampuan
peserta didik.
9.
Penilaian
kinerja mungkin di bawah mewakili pembelajaran dari beberapa kelompok
kebudayaan.
Penilaian kinerja
mungkin buruk. Ketika kita menggunakan penilaian kinerja, kita akan melatih
peserta didik pada bagaimana melakukan. Jika jumlah latihanmu untuk mengajar
seluruh aspek dari dari standar keadaan dan kerangka target-target pembelajaran
kurikulum sekolah, kita melakukan hal benar. Bagaimanapun, jika kita f.
Penilaian unjuk kerja mampu menangkap segala potensi siswa dalam memecahkan
masalah, penalaran, dan komunikasi dalam bentuk tulisan maupun tulisan.
Adapun karakteristik
dasar performance asessment terdiri dari dua, yaitu; (1) peserta tes diminta untuk
mendemonstrasikan kemampuannya dalam mengkreasikan suatu produk atau terlibat
dalam suatu aktivitas (perbuatan), (2) produk dari performance assessment
lebih penting daripada perbuatan (performance)-nya.
Mundilarto (2012: 28)
mengemukakan bahwa penilaian unjuk kerja (performance assessment)
biasanya digunakan untuk mengamati dan menilai aktivitas atau kemampuan peserta
didik dalam melakukan sesuatu tugas mencangkup baik proses misalnya penampilan,
tingkah laku, interaksi maupun produk. Adapun penilaian unjuk kerja cocok
untuk:
a)
Penyajian
lisan: keterampilan berbicara, berpidato, berdiskusi, membaca puisi.
b)
Pemecahan
masalah dalam kelompok.
c)
Partisipasi
dalam diskusi.
d)
Menggunakan
peralatan laboratorium.
e)
Mengoperasikan
suatu alat.
f)
Menari
memainkan alat musik.
g)
Olah
raga, dsb.
Moh Sholeh Hamid
(2011: 137 - 139) menyebutkan bahwa penilaian unjuk kerja mempunyai dua bagian:
tugas atau latihan unjuk kerja dan panduan penskoran. Panduan penskoran bisa
memberikan poin untuk fitur spesifik dari sebuah unjuk kerja atau produk yang
ada, atau ia bisa berbentuk rubrik, yang mampu memberikan gambaran kualitas
jawaban. Selain itu, skor bisa dilaporkan dalam angka atau persen dari poin
yang didapatkan, atau yang disebut dengan istilah skor rubrik. Untuk
melaksanakan penilain kinerja, harus tersedia instrumen penilaian yang dapat
berupa tugas-tugas atau pertanyaan-pertanyaan. Rubrik merupakan panduan
penskoran dengan kriteria skala yang telah ditentukan, beserta deskripsi
karakteristik untuk setiap poin skor (Wiggins & McTighe, 2005: 173).
Dalam membuat
instrumen yang perlu diperhatikan adalah bagaimana merancang penilaian unjuk
kerja sebagai sebuah kegiatan yang menyenangkan dan juga dapat mencapai
kompetensi yang diharapkan. Dalam hal ini ada dua faktor yang harus
diperhatikan dalam membuat instrumen penilaian unjuk kerja yaitu ukuran
instrumen dan cara memulainya.
Mundilarto (2012: 29)
mengemukakan bahwa dalam penilaian unuk kerja (performance assessment)
yang perlu dipersiapkan, yaitu soal atau tugas yang harus dilakukan oleh
peserta didik dan lembar penilaian berupa lembar observasi.
Instrumen unjuk kerja
yang baik menurut Moh. Sholeh Hamid (2011: 141-143) memuat hal-hal berikut:
1.
Instrumennya
harus autentik dan menarik.
Instrumen harus
autentik dan menarik memiliki makna bahwa instrumen harus melibatkan siswa
dalam situasi yang menyenangkan sehingga siswa akan berusaha menyelesaikan
tugas yang diberikan dengan sebaik-baiknya. Tugas yang diberikan sudah menjadi bagian dari kehidupan siswa.
2.
Instrumen
yang mampu mendapatkan penilaian dari diri siswa sendiri (self-assessment).
Penilaian unjuk kerja,
biasanya kebanyakan dimaksudkan dikerjakan secara kelompok. Padahal idealnya,
dalam penilaian unjuk kerja ini, harus dititikberatkan pada penilaian individu
siswa. Maka dari itu diperlukan desain penilaian unjuk kerja yang bisa menunjukan
hasil kerja untuk kelompok atau individu.
3.
Instrumen
berisi petunjuk yang jelas.
Instrumen unjuk kerja
harus memuat petunjuk yang jelas, lengkap, tidak ambigu, dan tidak
membingungkan serta memuat apa yang dikerjakan siswa yang nanti akan dinilai.
Adapun langkah-langkah
dalam penyusunan penilaian unjuk kerja (performance assessment)
meliputi: (1) identifikasi semua langkah penting, (2) Tuliskan
kemampuan-kemampuan khusus, (3) kemampuan yang akan dinilai dapat teramati, (4)
urutkan kemampuan yang akan dinilai, (5) sediakan kriteria (Mundilarto, 2012:
30).
Menurut Popham (1995:
147) ada 7 kriteria yang harus dipenuhi untuk mengevaluasi kualitas assesmen
kinerja, yaitu sebagai berikut:
1.
Generability, artinya adalah
kinerja peserta tes dalam merespons tugas yang diberikan tersebut dapat
digeneralisasikan kepada tugas-tugas lain.
2.
Authenticaly, artinya tugas yang
diberikan tersebut sudah sesuai dengan hal yang sering dihadapai dalam praktek
kehidupan sehari-hari.
3.
Multiple-poci, artinya tugas yang
diberikan kepada peserta tes mengukur lebih dari satu kemampuan yang
diinginkan.
4.
Teachibility, artinya tugas yang
diberikan merupakan tugas yang diberikan adalah tugas-tugas yang relevan dengan
yang dapat diajarkan guru dikelas.
5.
Fairness, artinya tugas yang
diberikan sudah adil untuk semua peserta tes
6.
Feasibility, artinya tugas-tugas
yang diberikan dapat dilaksanakan dengan mempertimbangkan faktor-faktor biaya,
tempat waktu dan alat.
7.
Scorability, artinya tugas yang
diberikan dapat diskor dengan akurat dan reliable. Salah satunya yang sensitif
dengan asesmen kinerja adalah penskorannya.
Johnsn, R. L., Penny
J. A., & Belita, G. (2009: 15) mengemukakan bahwa kualitas yang
dipertimbangkan pada penggunaan penilaian kinerja meliputi: (1) Keautentikan.
(2) Suasana, keadaan. (3) Kekomplekan kognitif. (3) Kedalaman cangkupan isi.
(4) Tanggapan struktur ujian. (5) Kredibilitas. (6) Biaya. (7)
Pembaharuan/perbaikan.
Johnsn, R. L., Penny
J. A., & Belita, G. (2009: 59) juga mengemukakan bahwa ada 6 kunci elemen
dari pengembangan tugas kinerja yaitu: (1) Item tulisan. (2) Isi. (3)
Keterampilan proses. (4) Suasana, keadaan, konteks. (5) Audien. (6) Struktur
tugas.
Penilaian kinerja disamping memiliki kelebihan, juga ada sisi
kelemahannya. Menurut
Nitko (2007: 168) kelebihan dari penilaian kinerja meliputi:
1.
Tugas
kinerja menjelaskan maksud dari target pengetahuan yang komplek.
2.
Penilain
kinerja menilai kemampuan “untuk mengerjakan” lebih dari yang sederhana
menjawab pertanyaan tentang melakukan.
3.
Penilaian
kinerja konsisten dengan teori pembelajaran modern, yang mana menekankan bahwa
peserta didik harus menggunakan pengetahuan sebelumnya untuk membangun struktur
pengetahuan baru, menjadi terlibat aktif pada eksplorasi dan penyelidikan, dan
membangun arti untuk mereka sendiri dari pengalaman dunia pendidikan.
4.
Penilaian
kinerja membutuhkan pengintegrasian pengetahuan, keterampilan dan kemampuan.
5.
Penilaian
kinerja mungkin berhubungan lebih lekat dengan aktivitas mengajar daripada tes.
6.
Menggunakan
penilaian kinerja panjang dengan meluaskan format objek tradisional tipe dari
target pembelajaran yang dinilai dan menawarkan peserta didik variasi dari
jalan ekspresi pembelajarannya. Peningkatan ini validitas dari evalusi peserta
didik.
7.
Tugas
kinerja mengajak guru menilai proses peserta didik menggunakan sebagus produk
yang mereka hasilkan.
10.
Fokus
terutama pada hanya satu aspek dari target pembelajaran, kamu akan lebih rendah
kebenaran/validitas dari hasilnya.
Arends (2007: 245) menyatakan
bahwa sebagian besar ahli penilaian atau sebagian besar guru yang mencoba
merencanakan dan menggunakan penilaian kinerja berpendapat bahwa tugas kinerja
memerlukan pembagian yang besar dari waktu untuk mengkonstruksi dan seringnya
lebih mahal.
Berdasarkan uraian
diatas, performance adalah penilaian melalui pengamatan terhadap
aktivitas/keterampilan yang ditunjukkan oleh peserta didik (unjuk kerja,
tingkah laku, interaksi) dalam kegiatan sehubungan dengan kompetensi yang harus
dicapai.
Penilaian kinerja pada
pembelajaran IPA SD, hendaknya dikemas dalam praktek serta demonstrasi dengan
memasukkan nilai religious pada pelaksanaanya, serta menanamkan attitude
di dalam kinerja praktikum dan demonstrasi. Ini tentunya dengan melakukan
praktikum atau demonstrasi tak lepas dari alur kinerja ilmiah yang diharapkan
akan menanamkan sikap ilmiah bagi peserta dididk. Dalam melakukan kinerja ini
dapat disisipkan bagaimana siswa menyadari akan kebesaran Alloh dari hal yang
telah dipelajarinya. Hal ini mengacu pada tujuan pembelajaran IPA yang
sebenarnya yaitu untuk lebih mengenal Alloh.
Hal tersebut dapat
dimasukan ketika dalam penyusunan instrumen kinerja yang dibuat secara
sistematik serta rubrik kinerja yang mengcomabainkan sisi kemampuan IPA,
religious, sikap ilmiah dan attitude.
Contoh Penilaian Kinerja Untuk Mata Pelajaran IPA SD.
Tabel
7.1 Penilaian Kinerja Untuk Mata
Pelajaran IPA SD
No
|
Aspek yang dinilai
|
Skor
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1.
|
Mengawali
dengan do’a
|
|||||
2.
|
Penggunaan
alat indra untuk mengidentifikasi kegiatan percobaan.
|
|||||
3.
|
Pengumpulan
fakta-fakta sesuai dengan percoban.
|
|||||
4.
|
Pencarian
persamaan dan perbedaan pada setiap objek/kejadian.
|
|||||
5.
|
Menyiapakan
alat dan bahan percobaan.
|
|||||
6.
|
Perangkaian
lampu.
|
|||||
7.
|
Perangkaian
bateray.
|
|||||
7.
|
Pemerkiraan
yang akan terjadi.
|
|||||
9.
|
Penjelasan
hasil pengamatan sesuai dengan teori dan mengungkap kebesaran Alloh.
|
|||||
10.
|
Pembuatan
kesimpulan.
|
|||||
11.
|
Merapikan
alat dan bahan percobaan.
|
Rubrik
Penilaian Kinerja:
No.
|
Aspek
yang dinilai
|
Skor
|
1.
|
Mengawali dengan do’a
|
|
Mengawali dengan do’a secara baik dan benar.
|
3
|
|
Mengawali dengan do’a tetapi tidak serius.
|
2
|
|
Tidak mengawali dengan do’a
|
1
|
|
2.
|
Penggunaan alat indra untuk
mengidentifikasi kegiatan percobaan
|
|
Penggunaan alat indra untuk mengidentifikasi
kegiatan percobaan dengan baik dan benar.
|
3
|
|
Penggunaan alat indra untuk mengidentifikasi
kegiatan percobaan tetapi belum baik dan benar.
|
2
|
|
Tidak menggunaan alat indra untuk mengidentifikasi
kegiatan percobaan.
|
1
|
|
3.
|
Pengumpulan fakta-fakta sesuai dengan
percoban
|
|
Pengumpulan fakta-fakta sesuai dengan percoban dan
prosedur yang genar.
|
3
|
|
Pengumpulan fakta-fakta sesuai dengan percoban
namun prosedur salah.
|
2
|
|
Pengumpulan fakta-fakta tidak sesuai dengan
percoban.
|
1
|
|
4.
|
Pencarian persamaan dan perbedaan pada
setiap objek/kejadian
|
|
Pencarian persamaan dan perbedaan pada semua
objek/kejadian.
|
3
|
|
Pencarian persamaan dan perbedaan pada sebagian
objek/kejadian.
|
2
|
|
Tidak melakukan pencarian persamaan dan perbedaan
pada objek/kejadian.
|
1
|
|
5.
|
Menyiapakan alat dan bahan percobaan
|
|
Menyiapakan alat dan bahan percobaan secara
lengkap dan benar.
|
3
|
|
Menyiapakan alat dan bahan percobaan secara benar
namun tidak lengkap.
|
2
|
|
Tidak menyiapkan menyiapakan alat dan bahan
percobaan.
|
1
|
|
6.
|
Perangkaian lampu
|
|
Perangkaian lampu dengan benar.
|
3
|
|
Perangkaian lampu namun masih salah.
|
2
|
|
Tidak melakukan perangkaian lampu.
|
1
|
|
7.
|
Perangkaian bateray
|
|
Perangkaian bateray dengan beanar.
|
3
|
|
Perangkaian bateray namun masih salah.
|
2
|
|
Tidak melakukan perangkaian bateray
|
1
|
|
7.
|
Pemerkiraan yang akan terjadi
|
|
Pemerkiraan yang akan terjadi dengan tepat.
|
3
|
|
Pemerkiraan yang akan terjadi namun masih ragu.
|
2
|
|
Tidak melakukan pemerkiraan yang akan terjadi.
|
1
|
|
9.
|
Penjelasan hasil pengamatan sesuai
dengan teori dan mengungkap kebesaran Alloh
|
|
Penjelasan hasil pengamatan sesuai dengan teori
dan mampu mengungkap kebesaran Alloh.
|
3
|
|
Penjelasan hasil pengamatan sesuai dengan teori
dan tidak mampu mengungkap kebesaran Alloh.
|
2
|
|
Tidak melakukan penjelasan hasil pengamatan sesuai
dengan teori dan mengungkap kebesaran Alloh.
|
1
|
|
10.
|
Pembuatan kesimpulan
|
|
Pembuatan kesimpulan dengan baik dan benar.
|
3
|
|
Pembuatan kesimpulan namun belum benar.
|
2
|
|
Tidak melakukan pembuatan kesimpulan.
|
1
|
|
11.
|
Merapikan alat dan bahan percobaan
|
|
Merapikan alat dan bahan percobaan dengan benar.
|
3
|
|
Merapikan bahan dan alat percobaan tidak dengan
benar.
|
2
|
|
Tidak merapikan bahan dan alat percobaan.
|
1
|
2. Proyek
Proyek adalah kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan utuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan, dan kemampuan menginformasikan siswa pada mata pelajaran IPA.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian proyek adalah sebagai berikut:
a. Kemampuan pengelolaan.
Kemampuan siswa dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
b. Relevansi.
Kesesuaian dengan mata pelajaran terutama IPA, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan dalam pembelajaran.
c. Keaslian.
Proyek yang dilakukan siswa harus merupakan hasil karyanya
, dengan
mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk, dan dukungan terhadap proyek
siswa.
Penilain proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan,
sampai hasil akhir proyek.
Contoh Format Penilian
Proyek IPA di SD
No
|
Tema
|
Indikator
|
Aspek
|
Teknik
|
1.
|
Peduli
Terhadap Makhluk Hidup
|
1. Mampu
menyebutkan ciptaaan Alloh berupa bagian-bagian tumbuhan.
2. Menyebutkan
jenis pertulangan daun tumbuhan.
3. Menyebutkan
jenis perakaran tumbuhan.
4. Menyimpulkan
hasil pengamatan dari bagian-bagian
tumbuhan, jenis pertulangan daun, dan jenis perakaran pada tumbuhan.
|
Bagian-bagian
makhluk hidup (Bagian Tumbuhan)
|
Jenis:
Ulangan
Bentuk:
Tes
Tertulis dan Penugasan
|
3. Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan
kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan siswa
membuat produk-produk teknologi dan kaitannya dengan materi pembelajaran
khusunya. Pengembangan produk meliputi 3 tahap dan setiap perlu diadakan
penilaian:
a. Tahap persiapan.
Penilaian kemampuan siswa dalam merencanakan,
menggali serta mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
b. Tahap pembuatan produk (proses)
Meliputi penilaian kemampuan siwa dalam menyeleksi
dan menggunakan bahan, alat dan teknik.
c. Tahap penilaian produk (appraisal)
Penilaian produk yang dihasilkan oleh siswa sesuai
kriteria yang diharapkan.
Penilaian
produk biasanya menggunakan holistik dan analitik:
1. Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk,
biasanya dilakukan padapada tahap appraisal.
2. Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan
terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.
Contoh penilaian produk mata pelajaran IPA SD Kelas Siswa diminta
membuat alat dengan menggunakan prinsip pesawat sederhana. Siswa juga diminta
melaporkan tentang perkembangan produknya mulai dari tahap persiapan, tahap
pembuatan produk sampai penilaian produk!
Nama :
……………………………….
Kelas :
…………………………….....
Nama Produk :
……………………………….
Tabel
7.2. Penilaian Kinerja Untuk Mata
Pelajaran IPA SD
No.
|
Kriteria
|
Skor
|
||
1.
|
Tahap persiapan
|
3
|
2
|
1
|
Kemampuan siswa di dalam menentukan judul produk.
|
||||
Membuat daftar bahan dan alat yang diperlukan.
|
||||
Merancang prosedur pembuatan produk yang akan dibuat.
|
||||
2.
|
Tahap Pembuatan Produk
|
|||
Partisipasi aktif dalam eksperimen.
|
||||
Membuat dokumentasi/foto.
|
||||
Menggunakan alat dan bahan.
|
||||
Menyusun kesimpulan.
|
||||
3.
|
Tahap Penilaian Produk
|
|||
Peran aktif peserta didik.
|
||||
Kelengkapan produk.
|
||||
Kesesuaian dengan format yang telah ditentukan.
|
||||
Orisinal produk.
|
||||
Daya guna.
|
4. Portofolio
Portofolio Adalah penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam satu periode
tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya siswa dari proses pembelajaran
yang dianggap terbaik oleh siswa. Penilaian portofolio pada dasarnya menilai
karya-karya siswa secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran.
Portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar siswa melalui
karyanya, terutama terkait dengan materi IPA.
5. Tes Tulis
Tes tulis (paper and pencil test) merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada siswa
dalam bentuk tulisan. Ada dua bentuk soal tes tertulis: (a) Soal dengan memilih
jawaban (pilihan ganda, dua pilihan (benar-salah, ya-tidak) dan menjodohkan,
(b) Soal dengan mensuplai-jawaban (isian singkat atau melengkapi, uraian
terbatas)
Terkait tes tertulis agar kita bisa tau bahwa siswa benar-benar paham
akan materi dan soal yang diberikan maka untuk soal dengan memilih jawaban
hendaknya disertakan pula alasan menjawab dari opsi yang telah dipilih. Dengan
menyertakan alasan maka kita akan benar-benar tahu mana siswa yang hanya
sekedar mengerjakan (bisa hanya dengan mencontek jawaban teman) dan mana pula
yang benar-benar sungguh mengerjakan serta paham, yakni dengan melihat alasan
yang diberikan.
Soal dapat diseting dengan mensuplai serta mengcombainkan dengan
penggunaan peta konsep. Sehingga siswa tahu alur dari materi pembelajaran yang
dipelajari. Perlu ditekankan dalam hal ini adalah, bahwa tes tulis diharapkan
didesain agar siswa benar-benar menguasai konsep materi yang telah diajarkan.
Contoh Penilaian Tes Tulis
Mata Pelajaran : Ilmu
Pengetahuan Alam
Kelas : IV
Tema : Bagian-bagian Makhluk Hidup
1.
Dibawah
ini yang merupakan bagin dari tumbuhan yang berperan dalam fotosintesis
adalah….
A.
Akar
B.
Batang
C.
Daun
D.
Buah
E.
Kepala
putik
Alasan:………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
2.
Dari
tanaman berikut yang mempunyai sistem perakaran serabut adalah….
A.
Mangga
B.
Ketela
pohon
C.
Kelapa
D.
Pohon
jambu
E.
Pohon
kret
Alasan:………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
3.
Tanaman
padi mempunyai jenis pertulangan daun berupa….
A.
Menyirip
B.
Menjari
C.
Melengkung
D.
Bulat
E.
Sejajar
Alasan:………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Pedoman Penilaian:
Menjawab soal dengan benar dan alasan benar skor 3.
Menjawan soal dengan benar dan alasan salah skor 1.
Menjawan soal salah dan alasan juga salah skor 0.
Peta Konsep

Pedoman Penilaian Peta Konsep:
Soal isian untuk peta konsep setiap romawi isian yang benar bernilai
sepuluh. Skor total jika semua benar adalah
4 x 10 x 100 = 100
4
6. Penilaian Diri
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian dimana siswa diminta untuk
menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian
kompetensi yang dipelajarinya. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk
mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.
Penilaian diri memiliki keunggulan:
a. Dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa, karena mereka diberi
kepercayaan untukmenilai dirinya sendiri.
b. Siswa menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka
melakukan penilaian, harus melakukan instrokpeksi, terhadap kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya.
c. Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih siswa untuk berbuat jujur,
karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.
Adapun langkah-langkahnya dalam melakukan penilaian diri siswa adalah:
1) Menentukan kompetensi, atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
2) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan
3) Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penyekoran, daftar
tanda cek, atau skala penilaian.
4) Meminta siswa untuk melakukan penilaian diri.
5) Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong siswa
supaya senantiasa melakukan penilain diri secara cermat dan objektif.
6) Menyampaikan umpan balik, kepada siswa berdasarkan hasil kajian
terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak.
Pelaksanaan penilaian diri hendaknya dilakukan
berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif.
Contoh
format penilian diri Mata Pelajaran IPA SD
LEMBAR PENILAIN DIRI PESERTA DIDIK
Nama : ...........................
Kelas : ...........................
Petunjuk
Pengisian
a.
Jawablah
semua pertanyaan dengan jujur dan sungguh- sungguh sesuai dengan keadaan
adanya.
b.
Bila
telah selesai kumpulkan lembar jawaban bersama lembar pertanyaan kepada guru.
c.
Jawaban
lembar penilaian ini tidak mempengaruhi nilai.
![]() |
1.
Apakah
kesulitan utama kamu dalam pelajaran IPA untuk materi dengan tema tema “Peduli
Terhadap Mahluk Hidup”?
..................................................................................................................................................................................................................................................
2.
Manfaat
apa yang dapat kamu peroleh setelah mempelajari materi dengan tema “Peduli
Terhadap Makhluk Hidup” terutama tentang bagian-bagin dari tumbuhan?
..................................................................................................................................................................................................................................................
3.
Tuliskan
kesan kamu tentang pembelajaran dengan tema “Peduli Terhadap Makhluk Hidup”
dengan menggunakan eksperimen!
..................................................................................................................................................................................................................................................
4.
Apakah
dengan melakukan eksperimen membuat pembelajaran IPA dengan materi bertemakan
peduli pada makhluk hidup menjadi bermakna? Tuliskan pendapatmu!
..................................................................................................................................................................................................................................................
7.
Penilaian Antar Teman
Penilaian antar teman adalah teknik dimana siswa diminta menilai teman
sejawatnya atau teman yang lain berkaitan dengan status, proses dan tingkat
pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Penilaian antar teman ini digunakan
sebagai bahan penilaian dari sudut pandang orang lain. Dalam hal ini adalah
temannya tentang sejauh mana siswa selama pembelajaran berlangsung. Agar
menghindari adanya subjektifitas didalam penilaian, hendaknya konten dari
instrumen serta rubrik yang dibuat pada lembar penilaian antar teman hendaknya
bersifat general.
Contoh format
penilaian antar teman saat bekerjasama dalam kelompok
LEMBAR PENILAIAN ANTAR
TEMAN
Kelomok : ...........................
Cara Penilaian : ...........................
1.
Cantumkan
nama Anda pada nomor pertama dan nilailah diri anda dengan kriteria:
1.
Tidak
baik
2.
Kurang
baik
3.
Baik
4.
Sangat
baik
2.
Cantumkan
nama teman dalam satu kelompok dengan anda, dan nilailah dengan kriteria yang
sama
No
|
Nama
Peserta
Didik
|
Aspek
yang dinilai
|
Jumlah
Skor
|
Peringkat
|
||||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
G
|
||||
1.
|
||||||||||
2.
|
||||||||||
3.
|
||||||||||
4.
|
||||||||||
5.
|
||||||||||
6.
|
Keterangan
aspek yang dinilai
A.
Keaktifan
memberikan pendapat/penyampain ide.
B.
Kesediaan
menerima pendapat/ide dari teman teman dalam kelompok.
C.
Kesediaan
dalam melaksanakan tugas yang diberikan kelompok.
D.
Kemampuan
mengambil keputusan dalam kelompok.
E.
Kepeduliaan
terhadap kesulitan sesama anggota kelompok.
F.
Kesediaan
memberikan kesempatan kepada sesama anggota kelompok.
G.
Kemampuan
mengaktifkan kerja kelompok
F.
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Assessment pembelajaran IPA di sekolah
dasar akan menjadi lebih bermakna dengan menerapkan authentic assessment.
Karena penilaian dilakukan secara holistik. Assessment dikemas dengan
memadukan nilai religious pada pelaksanaanya, menanamkan attitude serta
tak lepas dari alur kinerja ilmiah yang diharapkan akan menanamkan sikap ilmiah
bagi peserta dididk. Dalam melakukan penilaian disisipkan bagaimana siswa
menyadari akan kebesaran Alloh dari hal yang telah dipelajarinya. Hal ini
mengacu pada tujuan pembelajaran IPA yang sebenarnya yaitu untuk lebih mengenal
Alloh. Sehingga dari paradigma assessment ini, diharapkan kemampuan IPA,
religious, sikap ilmiah dan attitude siswa dapat terinternalisasi pada
siswa.
2.
Rekomendasi
Assessment pembelajaran dengan paradigma
baru di sekolah dasar hendaknya
dikembangkan juga untuk mata pelajaran yang lainnya. Karena salah satu diantara
alat ukur keberhasilan pembelajaran adalah melalui assessment. Jika Assessment
pada pembelajaran untuk semua mata pelajaran kualitasnya baik, maka itu
bisa sebagai parameter dan arahan untuk menghasilkan out put yang baik
pula.
DAFTAR
PUSTAKA
Anderson, L. W. 2003. Classroom assessment, Enchancing the quality
of teacher decicin making. London: Lawrence Erbaum Associates.
Hamid, M. S. (2011). Standar
mutu penilaian dalam kelas. Yogyakarta: Diva Press.
Hayat, B. (2010). Prinsip-prinsip dan strategi penilaian kelas.
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kmenterian Pendidikn Nasional.
Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Kemendiknas.
Many, J., (1999).
Assessment and instruction in a graduate literacy education class: Reflecting
what i’m learning in what i do. Journal
of Adolescent and Adult Literacy. Vol. 42, No. 7. ProQuest.
Nekoulzadeh M. &
Taher B. Expansion of virtual e-assessment via framework in web-based courses. Journal Of Advance in Linguis CS, Vol.
3, No. 1, 139.
Nitko, A. J., &
Brookhart, S. M. (2011). Assessment and granding in classroom. Boston:
Pearson.
Mundilarto. (2012). Penilain hasil belajar
fisika. Yogyakarta: UNY Press.
Popham, W. J. (1995). Classroom assessment, what teachers need to
know. USA: Alyyn & Bacon.
Setiadi, H. (2008). Penilaian
kinerja. Pusat Penelitian Pendidikan Badan Penelitian Pengembangan
Kementerian Pendidikan Nasional.
Wiggins, G., & Mc
Tighe, J. (2006). Understanding by design.
Columbis: Pearson, Merrill Prentice Hall.
[1] Penulis
adalah dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Djuanda Bogor
dan Alumni Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar