Sabtu, 30 Desember 2017

ASSESSMENT PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR

ASSESSMENT PEMBELAJARAN IPA
DI SEKOLAH DASAR

Oleh:
Atin Kurniawati[1]




A.     PENDAHULUAN
Dalam kegiatan pembelajaran tentunya tidak terlepas dari adanya perencanaan, proses pelaksanaan, dan juga adanya penilaian. Serangkaian kegiatan tersebut jika saling bersinergi maka akan menghasilkan out put yang baik, yaitu diharapkan mampu menghasilkan kualitas dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Kualitas dari pembelajaran yang telah dilakukan serta tujuan yang diharapkan, dapat dilihat melalui sistem penilaian yang digunakan. Indikator keberhasilan proses pembelajaran ditunjukan oleh nilai yang dicapai oleh peserta didik yang mencerminkan penguasaan terhadap materi ajar. Penyusunan penilaian (assessment) yang baik akan menentukan hasil dari penilaian yang dilakukan. Asesmen yang dilakukan guru pada dasarnya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
Asesmen merupakan kegiatan pengumpulan informasi dalam rangka pengambilan keputusan-keputusan berdasarkan informasi. Dalam konteks pembelajaran, asesmen berarti pengumpulan berbagai informasi tentang proses dan hasil belajar siswa dalam rangka menentukan keputusan-keputusan yang perlu dilakukan dalam pembelajaran (Anderson, 2003:4).
Antara asesmen, penilaian, evaluasi dalam kegiatan pembelajaran merupakan mata rantai yang tak terpisahka. Sebelum pembahasan lebih mendalam terkait dengan penilain, akan kita bahas tentang evaluasi, penilaian, tes dan pengukuran.

B.  EVALUASI, PENILAIAN, PENGUKURAN, DAN TES
Terkait dengan asesmen dalam dunia pendidikan terdapat beberapa istilah yang terkait dengan penilaian yaitu evaluasi, penilaian, tes, dan pengukuran. Keempat istilah ini terkadang digunakan mengacu pada satu hal sama. Namun demikian, pada prinsipnya keempat istilah sebenarnya memiliki perbedaan.
Menurut Nitko (1996), Ebel, dan Friesbe (1991) mengemukakan bahwa pengukuran merupakan sebuah prosedur penentuan dan penetapan skor untuk menentukan spesifikasi atribut atau karakteriistik siswa. Sedangkan tes didefinisikan sebagai instrumen atau prosedur sistematis untuk mengobservasi dan mendeskripsikan satu atau lebih karakter siswa menggunakan skala numerik atau skema klasifikasi.
Senada dengan kedua ahli di atas, Miler, et al. (2009) menyatakan bahwa pengukuran dipandang sebagai proses menetapkan nilai hasil tes atau jenis penilaian lainnya yang memiliki aturan-aturan khusus. Oleh sebab itu, pengukuran biasanya menjawab pertanyaan “seberapa banyak?” Tes merupakan instrumen untuk mengukur sampel perilaku melalui seperangkat pertanyaan secara seragam. Sebagai salah satu alat penilaian, tes biasanya menjawab pertanyaan “seberapa baik performa seorang siswa dibandingkan dengan siswa lain atau dibandingkan dengan performa tugas yang diterapkan?”.
Konsep penilaian (assessment), merupakan istilah umum yang mencangkup semua metode yang biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok peserta didik. Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti yang menunjukkan pencapaian belajar peserta didik. Angelo dan Cross (1993) menyatakan bahwa penilaian merupakan sebuah proses yang didesain untuk membantu guru menemukan apa yang telah dipelajari siswa di dalam kelas dan bagaimana tingkat keberhasilan mereka mempelajarinya. Penilaian mencakup semua proses pembelajaran. Oleh karena itu, kegiatan penilaian tidak terbatas pada karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas, dan administrasi sekolah. Instrumen penilaian dapat berupa tes tertulis, tes lisan, lembar pengamatan, pedoman wawancara, tugas rumah, dan sebagainya. Penilaian juga diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran atau kegiatan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian kemajuan belajar peserta didik.
Popham (2011) menyatakan bahwa penilaian merupakan usaha formal yang dilakukan untuk menjelaskan status siswa dalam variabel penting pendidikan. Variabel penting pendidikan di sini meliputi ranah pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Tes dan pengukuran disini dipandang sebagai alat ukur untuk melakukan penilaian. Senada dengan Popham, Miller, et al. (2009) menyatakan bahwa penilaian sebagai istilah umum yang berisi seluruh prosedur untuk mendapatkan informasi tentang status belajar siswa dan membuat keputusan berdasarkan perkembangan belajar siswa. Tes merupakan salah satu jenis penilaian yang secara khsusus berisi seperangkat soal yang diberikan selama periode tertentu untuk membandingkan kondisi seluruh siswa.
Dalam kaitannya dengan pola pengambilan keputusan yang dilakukan guru, penilaian dipandang sebagai proses pengumpulan informasi tentang siswa yang dapat digunakan untuk membuat keputusan bagi guru dalam rangka melaksanakan proses pembelajaran. Karena penilaian sangat berhubungan dengan pengambilan keputusan dan meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, penilaian harus secara serius dilakukan guru dengan mempertimbangkan etika penilaian, proses persiapan yang matang, mempertimbangkan standarisasi tes tersebut (Anderson, 2003). Nitko (1996) menyatakan bahwa penilaian merupakan sebuah proses untuk mengumpulkan informasi yang akan digunakan untuk membuat keputusan tentang siswa, kurikulum, program pembelajaran, dan kebijakan pendidikan secara umum.
Menhens dan Lehmann (1991) berpendapat bahwa evaluasi (evaluation) adalah penilaian yang sistemik tentang manfaat atau kegunaan suatu objek. Dalam melakukan evaluasi terdapat judgement untuk menentukan nilai suatu program yang sedikit banyak mengandung unsur subjektif. Data hasil pengukuran dan informasi hasil penilaian yang memiliki banyak dimensi, seperti kemampuan, kreativitas, sikap, minat, keterampilan dan sebagainya sangat diperlukan pada kegiatan evaluasi. Pada kegiatan evaluasi ini, alat ukur yang digunakanpun juga bervariasi bergantung pada jenis data yang ingin diperoleh. Menurut Burden dan Byrd (1999: 333) mengemukakan bahwa:
“Evaluation is a process in which the teacher uses information derived from many sources to arrive at a value judgment. Evaluation may be based on measurement data, but also might be based on other types of data such as quetionnaries, direct observation, written or oral performance ratings, or interviews.”
Sejalan dengan Burden dan Byrd, Richard dan Rodgers (2001: 158) juga mengungkapkan bahwa:
evaluation refers to procedures for gathering data on the dynamics, effectiveness, acceptability, and efficiency of language program for the purposes of decision making. Bassically, evaluation addresses whether the goals and objecyvives of language program are being attained, that is, whether the program is effective in absolute term.
Groundlund (1993) menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses sistemik untuk mengukur tugas belajar siswa secara representatif. Evaluasi dalam bidang pembelajaran memiliki berbagai fungsi yakni mengukur hasil belajar, mengetahui kelemahan pembelajaran, menginformasikan keefektifan metode pembelajaran dan bahan ajar yang digunakan. Evaluasi menurut Gullo (2005) dimaknai sebagai sebuah proses membuat keputusan tentang prestasi nilai, keberhasilan program pendidikan, keberhasilan proyek, kualitas bahan, atau keunggulan teknik tertentu. Disamping itu evaluasi juga mencakup teknik penelitian untuk menguji dan menarik kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh yaitu dapat berupa hasil pengamatan sistematis maupun nonsistematis atas objek yang diamati. Adapun pada evaluasi pendidikan kedudukan dari penilaian adalah sebagai prosedur khusus yang digunakan untuk membuat keputusan tentang pembelajaran.
Pengukuran, penilaian, tes, dan evaluasi merupakan hal yang berbeda. Pengukuran, penilain, dan evaluasi bersifat bertahap (hierarkis), maksudnya kegiatan dilakukan secara berurutan, dimulai dengan pengukuran, kemudian penilaian, dan terakhir evaluasi. Tes merupakan sebagai alat yang digunakan untuk melakukan kegiatan penilaian.
Secara lebih terperinci dapat dinyatakan bahwa evaluasi merupakan proses penilaian dilakukan secara luas pada selurus aspek pendidikan baik pembelajaran, program maupun kelembagaan. Penilaian merupakan bagian dari dari kegiatan evaluasi yang terfous pada dimensi pembelajaran yang didalamnya terkandung juga istilah tes dan pengukuran. Tes merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk melakukan penilaian. Pengukuran dipihak lain merupakan prosedur penerapan skor atas pencapaian kinerja yang diperoleh siswa.
C.     MACAM PENILAIAN
Hakikat penilaian dan evaluasi adalah upaya sistematik dan sistemik untuk mengumpulkan dan mengolah data atau informasi yang shahih dan reliabel dalam rangka melakukan pertimbangan untuk pengambilan kebijakan suatu program pendidikan. Penilaian yang dilakukan guru di kelas terkait dengan kegiatan pembelajaran atau belajar mengajar merupakan sebuah proses menghimpun fakta-fakta dan dokumen belajar siswa untuk melakukan perbaikan program pembelajaran. Penilaian dapat dimanfaatkan oleh guru untuk membuat atau memperbaiki perencanaan pembelajaran. Oleh karena itu, kegiatan penilaian proses dan hasil belajar membutuhkan informasi yang bervariasi dari setiap siswa atau kelompok siswa. Guru dapat melakukan dengan mengumpulkan catatan pertemuan, observasi, portofolio, catatan harian, produk, ujian, data hasil interview, survey, dan sebagainya. Penilaian yang tepat dapat memberikan cerminan refleksi peristiwa pembelajaran yang dialami siswa. Penilaian yang tepat tidak hanya menunjukan perilaku belajar siswa secara lengkap, tetapi juga perilaku siswa dalam kehidupan nyata. Perilaku siswa pada saat istirahat, berkomunikasi dengan guru, menghadapi teman, bekerja sama dengan orang lain, mengikuti pelajaran, membuat tugas, menghasilkan produk, mengerjakan proyek dan kondisi-kondisi lainnya harusnya dinilai untuk memperoleh gambaran lengkap tentang siswa.
Sistem penilaian yang digunakan dalam pembelajaran beraneka ragam, yang masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sistem penilaian tersebut antara lain melalui portofolio, unjuk kerja (performance), penugasan atau proyek, hasil kerja atau produk, sikap dan komunikasi siswa, dan terakhir tes tertulis (paper and pencil test).
Pelaksanaan penilaian yang  banyak dijumpai di lapangan adalah menggunakan tes tertulis (paper and pencil test). Walaupun sebenarnya asesmen ini memiliki banyak kelemahan disamping memiliki kelebihan. Dalam penggunaan asesmen paper and pencil test ini dirasa lebih mudah serta tidak membutuhkan waktu yang lama. Asesmen ini lebih mengukur kemampuan kognitif peserta didik, sedangkan kemampuan afektif dan psikomotorik belum terukur, sehingga kurang tepat jika guru melakukan penilaian hanya dengan tes tertulis (paper and pencil test).
Peran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ikut andil dalam mencerdaskan masyarakat serta membentuk karakter peserta didik. IPA termasuk fisika mencakup semua aspek pengetahuan yang dihasilkan melalui metode saintifik, tidak terbatas pada fakta dan konsep saja tetapi juga aplikasi pengetahuan dan prosesnya yang mengacu pada kemajuan pola pikir manusia, sehingga IPA termasuk fisika memiliki dimensi produk ilmiah (scientific product), proses ilmiah (scientific process), sikap ilmiah (scientific attitude), dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Secara holistik tidak lepas dari aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Pada penilaian pun tidak hanya mengutamakan kemampuan kognitif tetapi juga harus meliputi kemampuan afektif dan psikomotorik.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 58 ayat 1, dikemukakan bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Ditegaskan pula dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 bagian teknik dan instrumen penilaian bahwa (1) penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik, (2) Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja. Dinyatakan pula dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian bahwa penilaian hasil belajar peserta didik didasarkan pada prinsip-prinsip; sahih, obyektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh, sistematis, beracuan kriteria, dan akuntabel.
Menurut Permendikbud No 66 tahun 2013 tentang standar metode penilaian pendidikan yang harus digunakan di sekolah, bahwa penilaian yang digunakan harus mencakup ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dari beragam jenis penilaian yang ada tidak semua jenis mampu mengcover ketiga ranah secara holistik. Hanya beberapa saja yang bisa.  
D.     PENILAIAN IPA
Dalam kegiatan Pembelajaran IPA agar menjadi bermakna maka perlu untuk selalu mengingat dan menanamkan bahwa tujuan pembelajaran IPA adalah:
1.    Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Allah berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya.
2.    Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3.    Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
4.    Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak  ilmiah serta berkomunikasi.
5.    Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam.
6.    Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Allah.
7.    Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.
Beranjak dari tujuan pembelajaran IPA inilah perlu kiranya merancang sebuah penilaian sebagai output untuk mengukur kemampuan siswa
Penilaian IPA tentunya tak lepas dari cakupan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang secara holistik saling bersinergi. Ini dapat tercover diantaranya melalui penilaian autentik (authentic assessment). Authentic assessment merupakan salah satu bentuk penilaian dalam bidang pendidikan yang sangat sesuai untuk diterapkan dalam proses penilaian untuk pembelajaran (Many, 1999: 1). 
Arends (2007: 217) mengemukakan bahwa dalam suatu bentuk penilaian biasanya mengenai seluruh rentang hasil informasi dan sintesis oleh guru tentang peserta didiknya dan kelasnya. Informasi dapat dihasilkan pada peserta didik dari  jalan informal maupun formal. Jalan informal seperti termasuk mengobservasi dan mengubah bahasa. Hal tersebut dapat juga dihasilkan dari jalan formal seperti pekerjaan rumah, tes, penulisan laporan. Informasi tentang kelas dan instruksi guru dapat juga menjadi bagian dari penilaian.
Menurut Bahhrul Hayat (2010: 2-3) penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi ) telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Arends (2007: 245) juga mengemukakan bahwa penilaian autentik termasuk mendemonstrasikan sebuah langkah selanjutnya dan penekanan penting dari aplikasi kemampuan dengan konteks pada kehidupan kehidupan riil. Senada dengan Arends, (Smith & Timothy K, 1997: 2) berpendapat bahwa authentic assessment merupakan proses pengumpulan informasi pada situasi kehidupan riil dimana siswa mendemonstrasikan suatu kompetensi dengan menunjukkan kemampuan keterampilannya.
Adapun prinsip-prinsip penilaian autentik menurut Bahrul Hayat (2010: 2)  meliputi:
1.    Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (a part of, not apart from, instruction).
2.    Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world problems), bukan masalah dunia sekolah (school work-kind of problems)
3.    Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.
4.    Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan sensori-motorik).
Tujuan dari authentic assessment adalah untuk menguji kemampuan peserta didik dalam menampilkan pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai situasi dan konteks yang realistik. Authentic assessment dapat dilakukan dengan ujuk kerja, proyek menulis, demonstrasi debat, simulasi, presentasi atau tugas terbuka pendek lainnya (Robinson et all, 2005: 2). Senada dengan Robinson et al, Olfos dan Zulantari (2007: 156) menjelaskan yang termasuk dalam authentic assessment meliputi penulisan produk, portofolio, observasi dan proyek.
Authentic assessment berfokus pada pengamatan langsung terhadap kinerja peserta didik, yaitu dengan membuat proyek atau melakukan tugas-tugas berbasis kinerja yang telah ditentukan standar kriteria dan indikatornya kemudian dievaluasi dengan rubrik. Marziyeh N dan Taher B (2014: 139) mengemukakan rubrik merupakan alat pemberi skor yang berisi daftar kriteria untuk sebuah kinerja atau hasil yang diharapakan. Zainul A (2010: 29-30) menjelaskan bahwa penilaian rubrik dapat dilihat dari: (1) Berhubungan langsung antara rubrik dan kriteria yang dinilai; (2) Cakupan dimensi kinerja dalam rubrik yang dinilai; (3) Pemilihan kriteria menggunakan standar yang berlaku; (4) Dimensi dan skala yang digunakan terdefinisi; (5) Penggunaan skala numerik, dengan skor yang objektif menggambarkan perbedaan setiap kategori kinerja; (6) Seberapa jauh selisih skor yang dihasilkan oleh rater yang berbeda; (7) Rubrik yang digunakan dipahami oleh peserta didik; (8) Rubrik bebas dari bias; serta (9) Rubrik mudah digunakan, praktis, dan mudah diadministrasikan.
Mundilarto (2012: 24) mengemukakan bahwa penilaian autentik (authentic assessment) dimaksudkan untuk mengukur berbagai macam kompetensi di dalam konteks yang hampir sama dengan situasi dimana kompetensi tersebut diperlukan. Pada penilaian autentik akan menghadapkan peserta didik pada tantangan dunia nyata yang menghendaki mereka menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang relevan yang telah dikuasai. Peserta didik diminta mendemonstrasikan pengetahuan, keterampilan, atau kompetensi-kompetensinya dengan cara apapun yang mereka anggap tepat. Penilaian autentik ini diharapkan dapat dipergunakan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah-masalah nyata yang dihadapi.
Mundilarto (2012: 24-25) berpendapat bahwa penilaian autentik dapat dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Tujuan penerapan penilaian autentik itu sendiri adalah untuk memberikan informasi yang valid dan akurat tentang apa yang diketahui serta dapat dilakukan oleh peserta didik.
Menurut Nitko (2007: 171) tugas autentik mempunyai karakteristik:
1.    Tugas autentik membutuhkan peserta didik untuk menggunakan pengetahuan mereka untuk melakukan tugas berarti.
2.    Tugas autentik komplek dan membutuhkan peserta didik untuk menggunakan kombinasi pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berbeda.
3.    Penilaian kinerja membutuhkan kualitas tinggi, komplit dan tanggapan yang dapat dibenarkan, kinerja, atau produk.
4.    Penilaian kinerja menstandarkan dan kriteria khusus yang jelas untuk penilaian pilihan jawaban benar yang mungkin, kinerja, atau produk.
5.    Jalan jalan simulasi penilaian kinerja dimana peserta didik harus menggunakan kombinasi dari pengetahuan, keterampilan dan kemampuan di dunia nyata.
6.    Penilaian kinerja memberikan kepada para peserta didik sedikit struktur “tantangan dan peran” yang sama untuk peran dan tugas-tugas itu mereka seperti untuk pertemuan dewasa pada saat kerja dan  di rumah.
Berdasarkan uraian diatas, authentic assessment merupakan suatu bentuk penilaian di dalam suatu pembelajaran untuk mengukur berbagai macam kompetensi dengan menampilkan beberapa keterampilan dan pengetahuan dalam situasi maupun konteks yang realistik.
E.     PARADIGMA BARU PENILAIAN IPA SD
Jenis penilain yang digunakan di tingkat sekolah dasar beragam macamnya. Diantaranya adalah tes tertulis, proyek, produk, portofolio penilaian kinerja (performance), penilaian diri, penilaian antar teman dan sebagainya. Adapun pardigma baru dalam penilaian di sekolah dasar terutama untuk mata pelajaran ilmu pengetahuan alam adalah sebagai berikut.
1.    Penilaian Kinerja (Performance)
Penilaian kinerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menurut siswa melakukan tugas tertentu seperti praktek di laboratorium.
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan atau kinerja siswa dalam melakukan sesuatu. Cara penilaian ini lebih autentik daripada tes tertulis karena bentuk tugasnya lebih mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya. Semakin banyak kesempatan guru mengamati unjuk kerja siswa, semakin reliabel hasil penilaian kemampuan siswa.
Arends (2007: 245) mengemukakan bahwa penilain tugas kinerja adalah untuk mendemonstrasikan perilaku yang pasti atau kemampuan pada situasi tes. Senada dengan Arends (Hari Setiadi (2008: 1) menyatakan bahwa performance assessment adalah suatu penilaian yang menuntut peserta tes untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuannya ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Sering kali performance assessment dikaitkan dengan suatu kriteria yang diinginkan dalam praktek kehidupn sehari-hari. Menurut Nitko (2007: 168) Tugas kinerja adalah sebuah aktivitas penilaian yang membutuhkan peserta didik untuk mendemonstrasikan langsung prestasi dari sebuah target pengetahuan dengan menghasilkan tulisan diperluas atau jawaban lisan, dengan melibatkan pada aktivitas kelompok atau individu, atau dengan menciptakan sebuah produk tertentu.
Nitko (2007: 168) mengemukakan bahwa tujuan tugas kinerja adalah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan pengetahuannya pada sebuah situasi baru.  Tugas kinerja dapat menolong peserta didik membuat hubungan antara keterampilan dan kemampuan yang dipelajari pada mata pelajaran sendiri, atau antara pembelajaran sekolah, di rumah, dan kegiatan dunia nyata.
Menurut Denilson (Hamid, 2011: 136) penilaian unjuk kerja adalah penilaian belajar siswa yang meliputi semua penilaian dalam bentuk tulisan, produk, atau sikap selain bentuk pilihan ganda, menjodohkan benar–salah, atau jawaban singkat. Dengan demikian, merancang dan melaksanakan penilaian unjuk kerja bisa menghabiskan energi dan waktu yang lebih banyak daripada membuat dan melaksanakan tes tertulis. Tes tertulis lebih mudah dilakukan, namun penilaian unjuk kerja memiliki kelebihan yang tidak dipunyai tertulis
Kelebihan dari penilaian kinerja menurut Nitko (2007: 170) adalah:
1.    Penilaian kinerja dengan kualitas tinggi sulit untuk dikreasikan.
2.    Rubrik skor dengan kualitas tinggi sulit untuk dikreasikan.
3.    Tugas kinerja yang komplek membutuhkan banyak waktu.
4.    Tanggapan skor tugas kinerja mengambil waktu yang lama.
5.    Skor dari penilaian kinerja mungkin memiliki skor reabiliti yang rendah.
6.    Kinerja peserta didik pada satu teks menyediakan sedikit informasi tentang kinerjanya pada tugas-tugas lainnya.
7.    Penilaian kinerja tidak menilai seluruh target pembelajaran dengan baik.
8.    Tugas komplek yang membutuhkan peserta didik untuk menyokong minat mereka dan ketidaktertarikan lebih panjang periode mungkin sedikit mengecilkan kemampuan peserta didik.
9.    Penilaian kinerja mungkin di bawah mewakili pembelajaran dari beberapa kelompok kebudayaan.
Penilaian kinerja mungkin buruk. Ketika kita menggunakan penilaian kinerja, kita akan melatih peserta didik pada bagaimana melakukan. Jika jumlah latihanmu untuk mengajar seluruh aspek dari dari standar keadaan dan kerangka target-target pembelajaran kurikulum sekolah, kita melakukan hal benar. Bagaimanapun, jika kita f. Penilaian unjuk kerja mampu menangkap segala potensi siswa dalam memecahkan masalah, penalaran, dan komunikasi dalam bentuk tulisan maupun tulisan.
Adapun karakteristik dasar performance asessment terdiri dari dua, yaitu; (1) peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan kemampuannya dalam mengkreasikan suatu produk atau terlibat dalam suatu aktivitas (perbuatan), (2) produk dari performance assessment lebih penting daripada perbuatan (performance)-nya.
Mundilarto (2012: 28) mengemukakan bahwa penilaian unjuk kerja (performance assessment) biasanya digunakan untuk mengamati dan menilai aktivitas atau kemampuan peserta didik dalam melakukan sesuatu tugas mencangkup baik proses misalnya penampilan, tingkah laku, interaksi maupun produk. Adapun penilaian unjuk kerja cocok untuk:
a)    Penyajian lisan: keterampilan berbicara, berpidato, berdiskusi, membaca puisi.
b)   Pemecahan masalah dalam kelompok.
c)    Partisipasi dalam diskusi.
d)   Menggunakan peralatan laboratorium.
e)    Mengoperasikan suatu alat.
f)    Menari memainkan alat musik.
g)    Olah raga, dsb.
Moh Sholeh Hamid (2011: 137 - 139) menyebutkan bahwa penilaian unjuk kerja mempunyai dua bagian: tugas atau latihan unjuk kerja dan panduan penskoran. Panduan penskoran bisa memberikan poin untuk fitur spesifik dari sebuah unjuk kerja atau produk yang ada, atau ia bisa berbentuk rubrik, yang mampu memberikan gambaran kualitas jawaban. Selain itu, skor bisa dilaporkan dalam angka atau persen dari poin yang didapatkan, atau yang disebut dengan istilah skor rubrik. Untuk melaksanakan penilain kinerja, harus tersedia instrumen penilaian yang dapat berupa tugas-tugas atau pertanyaan-pertanyaan. Rubrik merupakan panduan penskoran dengan kriteria skala yang telah ditentukan, beserta deskripsi karakteristik untuk setiap poin skor (Wiggins & McTighe, 2005: 173).
Dalam membuat instrumen yang perlu diperhatikan adalah bagaimana merancang penilaian unjuk kerja sebagai sebuah kegiatan yang menyenangkan dan juga dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Dalam hal ini ada dua faktor yang harus diperhatikan dalam membuat instrumen penilaian unjuk kerja yaitu ukuran instrumen dan cara memulainya.
Mundilarto (2012: 29) mengemukakan bahwa dalam penilaian unuk kerja (performance assessment) yang perlu dipersiapkan, yaitu soal atau tugas yang harus dilakukan oleh peserta didik dan lembar penilaian berupa lembar observasi.
Instrumen unjuk kerja yang baik menurut Moh. Sholeh Hamid (2011: 141-143) memuat hal-hal berikut:
1.    Instrumennya harus autentik dan menarik.
Instrumen harus autentik dan menarik memiliki makna bahwa instrumen harus melibatkan siswa dalam situasi yang menyenangkan sehingga siswa akan berusaha menyelesaikan tugas yang diberikan dengan sebaik-baiknya. Tugas yang diberikan  sudah menjadi bagian dari kehidupan siswa.
2.    Instrumen yang mampu mendapatkan penilaian dari diri siswa sendiri (self-assessment).
Penilaian unjuk kerja, biasanya kebanyakan dimaksudkan dikerjakan secara kelompok. Padahal idealnya, dalam penilaian unjuk kerja ini, harus dititikberatkan pada penilaian individu siswa. Maka dari itu diperlukan desain penilaian unjuk kerja yang bisa menunjukan hasil kerja untuk kelompok atau individu.
3.    Instrumen berisi petunjuk yang jelas.
Instrumen unjuk kerja harus memuat petunjuk yang jelas, lengkap, tidak ambigu, dan tidak membingungkan serta memuat apa yang dikerjakan siswa yang nanti akan dinilai.
Adapun langkah-langkah dalam penyusunan penilaian unjuk kerja (performance assessment) meliputi: (1) identifikasi semua langkah penting, (2) Tuliskan kemampuan-kemampuan khusus, (3) kemampuan yang akan dinilai dapat teramati, (4) urutkan kemampuan yang akan dinilai, (5) sediakan kriteria (Mundilarto, 2012: 30).
Menurut Popham (1995: 147) ada 7 kriteria yang harus dipenuhi untuk mengevaluasi kualitas assesmen kinerja, yaitu sebagai berikut:
1.    Generability, artinya adalah kinerja peserta tes dalam merespons tugas yang diberikan tersebut dapat digeneralisasikan kepada tugas-tugas lain.
2.    Authenticaly, artinya tugas yang diberikan tersebut sudah sesuai dengan hal yang sering dihadapai dalam praktek kehidupan sehari-hari.
3.    Multiple-poci, artinya tugas yang diberikan kepada peserta tes mengukur lebih dari satu kemampuan yang diinginkan.
4.    Teachibility, artinya tugas yang diberikan merupakan tugas yang diberikan adalah tugas-tugas yang relevan dengan yang dapat diajarkan guru dikelas.
5.    Fairness, artinya tugas yang diberikan sudah adil untuk semua peserta tes
6.    Feasibility, artinya tugas-tugas yang diberikan dapat dilaksanakan dengan mempertimbangkan faktor-faktor biaya, tempat waktu dan alat.
7.    Scorability, artinya tugas yang diberikan dapat diskor dengan akurat dan reliable. Salah satunya yang sensitif dengan asesmen kinerja adalah penskorannya.
Johnsn, R. L., Penny J. A., & Belita, G. (2009: 15) mengemukakan bahwa kualitas yang dipertimbangkan pada penggunaan penilaian kinerja meliputi: (1) Keautentikan. (2) Suasana, keadaan. (3) Kekomplekan kognitif. (3) Kedalaman cangkupan isi. (4) Tanggapan struktur ujian. (5) Kredibilitas. (6) Biaya. (7) Pembaharuan/perbaikan.
Johnsn, R. L., Penny J. A., & Belita, G. (2009: 59) juga mengemukakan bahwa ada 6 kunci elemen dari pengembangan tugas kinerja yaitu: (1) Item tulisan. (2) Isi. (3) Keterampilan proses. (4) Suasana, keadaan, konteks. (5) Audien. (6) Struktur tugas.
Penilaian kinerja disamping memiliki kelebihan, juga ada sisi kelemahannya. Menurut Nitko (2007: 168) kelebihan dari penilaian kinerja meliputi:
1.    Tugas kinerja menjelaskan maksud dari target pengetahuan yang komplek.
2.    Penilain kinerja menilai kemampuan “untuk mengerjakan” lebih dari yang sederhana menjawab pertanyaan tentang melakukan.
3.    Penilaian kinerja konsisten dengan teori pembelajaran modern, yang mana menekankan bahwa peserta didik harus menggunakan pengetahuan sebelumnya untuk membangun struktur pengetahuan baru, menjadi terlibat aktif pada eksplorasi dan penyelidikan, dan membangun arti untuk mereka sendiri dari pengalaman dunia pendidikan.
4.    Penilaian kinerja membutuhkan pengintegrasian pengetahuan, keterampilan dan kemampuan.
5.    Penilaian kinerja mungkin berhubungan lebih lekat dengan aktivitas mengajar daripada tes.
6.    Menggunakan penilaian kinerja panjang dengan meluaskan format objek tradisional tipe dari target pembelajaran yang dinilai dan menawarkan peserta didik variasi dari jalan ekspresi pembelajarannya. Peningkatan ini validitas dari evalusi peserta didik.
7.    Tugas kinerja mengajak guru menilai proses peserta didik menggunakan sebagus produk yang mereka hasilkan.
10.    Fokus terutama pada hanya satu aspek dari target pembelajaran, kamu akan lebih rendah kebenaran/validitas dari hasilnya.
Arends (2007: 245) menyatakan bahwa sebagian besar ahli penilaian atau sebagian besar guru yang mencoba merencanakan dan menggunakan penilaian kinerja berpendapat bahwa tugas kinerja memerlukan pembagian yang besar dari waktu untuk mengkonstruksi dan seringnya lebih mahal.
Berdasarkan uraian diatas, performance adalah penilaian melalui pengamatan terhadap aktivitas/keterampilan yang ditunjukkan oleh peserta didik (unjuk kerja, tingkah laku, interaksi) dalam kegiatan sehubungan dengan kompetensi yang harus dicapai.
Penilaian kinerja pada pembelajaran IPA SD, hendaknya dikemas dalam praktek serta demonstrasi dengan memasukkan nilai religious pada pelaksanaanya, serta menanamkan attitude di dalam kinerja praktikum dan demonstrasi. Ini tentunya dengan melakukan praktikum atau demonstrasi tak lepas dari alur kinerja ilmiah yang diharapkan akan menanamkan sikap ilmiah bagi peserta dididk. Dalam melakukan kinerja ini dapat disisipkan bagaimana siswa menyadari akan kebesaran Alloh dari hal yang telah dipelajarinya. Hal ini mengacu pada tujuan pembelajaran IPA yang sebenarnya yaitu untuk lebih mengenal Alloh.
Hal tersebut dapat dimasukan ketika dalam penyusunan instrumen kinerja yang dibuat secara sistematik serta rubrik kinerja yang mengcomabainkan sisi kemampuan IPA, religious, sikap ilmiah dan attitude. Contoh Penilaian Kinerja Untuk Mata Pelajaran IPA SD.

Tabel 7.1 Penilaian Kinerja Untuk Mata Pelajaran IPA SD
No
Aspek yang dinilai
Skor
1
2
3
4
5
1.
Mengawali dengan do’a





2.
Penggunaan alat indra untuk mengidentifikasi kegiatan percobaan.





3.
Pengumpulan fakta-fakta sesuai dengan percoban.





4.
Pencarian persamaan dan perbedaan pada setiap objek/kejadian.





5.
Menyiapakan alat dan bahan percobaan.





6.
Perangkaian lampu.





7.
Perangkaian bateray.





7.
Pemerkiraan yang akan terjadi.





9.
Penjelasan hasil pengamatan sesuai dengan teori dan mengungkap kebesaran Alloh.





10.
Pembuatan kesimpulan.





11.
Merapikan alat dan bahan percobaan.







Rubrik Penilaian Kinerja:
No.
Aspek yang dinilai
Skor
1.
Mengawali dengan do’a


Mengawali dengan do’a secara baik dan benar.
3

Mengawali dengan do’a tetapi tidak serius.
2

Tidak mengawali dengan do’a
1
2.
Penggunaan alat indra untuk mengidentifikasi kegiatan percobaan


Penggunaan alat indra untuk mengidentifikasi kegiatan percobaan dengan baik dan benar.
3

Penggunaan alat indra untuk mengidentifikasi kegiatan percobaan tetapi belum baik dan benar.
2

Tidak menggunaan alat indra untuk mengidentifikasi kegiatan percobaan.
1
3.
Pengumpulan fakta-fakta sesuai dengan percoban


Pengumpulan fakta-fakta sesuai dengan percoban dan prosedur yang genar.
3

Pengumpulan fakta-fakta sesuai dengan percoban namun prosedur salah.
2

Pengumpulan fakta-fakta tidak sesuai dengan percoban.
1
4.
Pencarian persamaan dan perbedaan pada setiap objek/kejadian


Pencarian persamaan dan perbedaan pada semua objek/kejadian.
3

Pencarian persamaan dan perbedaan pada sebagian objek/kejadian.
2

Tidak melakukan pencarian persamaan dan perbedaan pada objek/kejadian.
1
5.
Menyiapakan alat dan bahan percobaan


Menyiapakan alat dan bahan percobaan secara lengkap dan benar.
3

Menyiapakan alat dan bahan percobaan secara benar namun tidak lengkap.
2

Tidak menyiapkan menyiapakan alat dan bahan percobaan.
1
6.
Perangkaian lampu


Perangkaian lampu dengan benar.
3

Perangkaian lampu namun masih salah.
2

Tidak melakukan perangkaian lampu.
1
7.
Perangkaian bateray


Perangkaian bateray dengan beanar.
3

Perangkaian bateray namun masih salah.
2

Tidak melakukan perangkaian bateray
1
7.
Pemerkiraan yang akan terjadi


Pemerkiraan yang akan terjadi dengan tepat.
3

Pemerkiraan yang akan terjadi namun masih ragu.
2

Tidak melakukan pemerkiraan yang akan terjadi.
1
9.
Penjelasan hasil pengamatan sesuai dengan teori dan mengungkap kebesaran Alloh


Penjelasan hasil pengamatan sesuai dengan teori dan mampu mengungkap kebesaran Alloh.
3

Penjelasan hasil pengamatan sesuai dengan teori dan tidak mampu mengungkap kebesaran Alloh.
2

Tidak melakukan penjelasan hasil pengamatan sesuai dengan teori dan mengungkap kebesaran Alloh.
1
10.
Pembuatan kesimpulan


Pembuatan kesimpulan dengan baik dan benar.
3

Pembuatan kesimpulan namun belum benar.
2

Tidak melakukan pembuatan kesimpulan.
1
11.
Merapikan alat dan bahan percobaan


Merapikan alat dan bahan percobaan dengan benar.
3

Merapikan bahan dan alat percobaan tidak dengan benar.
2

Tidak merapikan bahan dan alat percobaan.
1






















































































2.    Proyek
Proyek adalah kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan utuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan, dan kemampuan menginformasikan siswa pada mata pelajaran IPA.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian proyek adalah sebagai berikut:
a.    Kemampuan pengelolaan.
Kemampuan siswa dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
b.    Relevansi.
Kesesuaian dengan mata pelajaran terutama IPA, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan dalam pembelajaran.
c.    Keaslian.
Proyek yang dilakukan siswa harus merupakan hasil karyanya
, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk, dan dukungan terhadap proyek siswa.
Penilain proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek.
Contoh Format Penilian Proyek IPA di SD
No
Tema
Indikator
Aspek
Teknik
1.
Peduli Terhadap Makhluk Hidup
1.     Mampu menyebutkan ciptaaan Alloh berupa bagian-bagian tumbuhan.
2.     Menyebutkan jenis pertulangan daun tumbuhan.
3.     Menyebutkan jenis perakaran tumbuhan.
4.     Menyimpulkan hasil pengamatan dari bagian-bagian  tumbuhan, jenis pertulangan daun, dan jenis perakaran pada tumbuhan.
Bagian-bagian makhluk hidup (Bagian Tumbuhan)
Jenis:
Ulangan

Bentuk:
Tes Tertulis dan Penugasan

3.    Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan siswa membuat produk-produk teknologi dan kaitannya dengan materi pembelajaran khusunya. Pengembangan produk meliputi 3 tahap dan setiap perlu diadakan penilaian:
a.    Tahap persiapan.
Penilaian kemampuan siswa dalam merencanakan, menggali serta mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
b.    Tahap pembuatan produk (proses)
Meliputi penilaian kemampuan siwa dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat dan teknik.
c.    Tahap penilaian produk (appraisal)
Penilaian produk yang dihasilkan oleh siswa sesuai kriteria yang diharapkan.
Penilaian produk biasanya menggunakan holistik dan analitik:
1.    Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan padapada tahap appraisal.
2.    Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.
Contoh penilaian produk mata pelajaran IPA SD Kelas Siswa diminta membuat alat dengan menggunakan prinsip pesawat sederhana. Siswa juga diminta melaporkan tentang perkembangan produknya mulai dari tahap persiapan, tahap pembuatan produk sampai penilaian produk!
Nama                 : ……………………………….
Kelas                  : …………………………….....
Nama Produk     : ……………………………….
Tabel 7.2. Penilaian Kinerja Untuk Mata Pelajaran IPA SD
No.
Kriteria
Skor
1.
Tahap persiapan
3
2
1

Kemampuan siswa di dalam menentukan judul produk.




Membuat daftar bahan dan alat yang diperlukan.




Merancang prosedur pembuatan produk yang akan dibuat.



2.
Tahap Pembuatan Produk




Partisipasi aktif dalam eksperimen.




Membuat dokumentasi/foto.




Menggunakan alat dan bahan.




Menyusun kesimpulan.



3.
Tahap Penilaian Produk




Peran aktif peserta didik.




Kelengkapan produk.




Kesesuaian dengan format yang telah ditentukan.




Orisinal produk.




Daya guna.
























4.    Portofolio
Portofolio Adalah penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya siswa dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh siswa. Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar siswa melalui karyanya, terutama terkait dengan materi IPA.
5.    Tes Tulis
Tes tulis (paper and pencil test) merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada siswa dalam bentuk tulisan. Ada dua bentuk soal tes tertulis: (a) Soal dengan memilih jawaban (pilihan ganda, dua pilihan (benar-salah, ya-tidak) dan menjodohkan, (b) Soal dengan mensuplai-jawaban (isian singkat atau melengkapi, uraian terbatas)
Terkait tes tertulis agar kita bisa tau bahwa siswa benar-benar paham akan materi dan soal yang diberikan maka untuk soal dengan memilih jawaban hendaknya disertakan pula alasan menjawab dari opsi yang telah dipilih. Dengan menyertakan alasan maka kita akan benar-benar tahu mana siswa yang hanya sekedar mengerjakan (bisa hanya dengan mencontek jawaban teman) dan mana pula yang benar-benar sungguh mengerjakan serta paham, yakni dengan melihat alasan yang diberikan.
Soal dapat diseting dengan mensuplai serta mengcombainkan dengan penggunaan peta konsep. Sehingga siswa tahu alur dari materi pembelajaran yang dipelajari. Perlu ditekankan dalam hal ini adalah, bahwa tes tulis diharapkan didesain agar siswa benar-benar menguasai konsep materi yang telah diajarkan.
Contoh Penilaian Tes Tulis
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas               : IV
Tema               : Bagian-bagian Makhluk Hidup

1.        Dibawah ini yang merupakan bagin dari tumbuhan yang berperan dalam fotosintesis adalah….
A.       Akar
B.        Batang
C.        Daun
D.       Buah
E.        Kepala putik
Alasan:………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
2.        Dari tanaman berikut yang mempunyai sistem perakaran serabut adalah….
A.       Mangga
B.        Ketela pohon
C.        Kelapa
D.       Pohon jambu
E.        Pohon kret
Alasan:………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
3.        Tanaman padi mempunyai jenis pertulangan daun berupa….
A.       Menyirip
B.        Menjari
C.        Melengkung
D.       Bulat
E.        Sejajar
Alasan:………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Pedoman Penilaian:
Menjawab soal dengan benar dan alasan benar skor 3.
Menjawan soal dengan benar dan alasan salah skor 1.
Menjawan soal salah dan alasan juga salah skor 0.

Peta Konsep


























Pedoman Penilaian Peta Konsep:
Soal isian untuk peta konsep setiap romawi isian yang benar bernilai sepuluh. Skor total jika semua benar adalah
4 x 10  x 100 = 100
                   4
6.    Penilaian Diri
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian dimana siswa diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.
          Penilaian diri memiliki keunggulan:
a.    Dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa, karena mereka diberi kepercayaan untukmenilai dirinya sendiri.
b.    Siswa menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka melakukan penilaian, harus melakukan instrokpeksi, terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
c.    Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih siswa untuk berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.
Adapun langkah-langkahnya dalam melakukan penilaian diri siswa adalah:
1)   Menentukan kompetensi, atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
2)   Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan
3)   Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penyekoran, daftar tanda cek, atau skala penilaian.
4)   Meminta siswa untuk melakukan penilaian diri.
5)   Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong siswa supaya senantiasa melakukan penilain diri secara cermat dan objektif.
6)   Menyampaikan umpan balik, kepada siswa berdasarkan hasil kajian terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak.
Pelaksanaan penilaian diri hendaknya dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif.
Contoh format penilian diri Mata Pelajaran IPA SD

LEMBAR PENILAIN DIRI PESERTA DIDIK

Nama                 : ...........................
Kelas                 : ...........................
Petunjuk Pengisian
a.         Jawablah semua pertanyaan dengan jujur dan sungguh- sungguh sesuai dengan keadaan adanya.
b.        Bila telah selesai kumpulkan lembar jawaban bersama lembar pertanyaan kepada guru.
c.         Jawaban lembar penilaian ini tidak mempengaruhi nilai.
 


1.        Apakah kesulitan utama kamu dalam pelajaran IPA untuk materi dengan tema tema “Peduli Terhadap Mahluk Hidup”?
..................................................................................................................................................................................................................................................
2.        Manfaat apa yang dapat kamu peroleh setelah mempelajari materi dengan tema “Peduli Terhadap Makhluk Hidup” terutama tentang bagian-bagin dari tumbuhan?
..................................................................................................................................................................................................................................................
3.        Tuliskan kesan kamu tentang pembelajaran dengan tema “Peduli Terhadap Makhluk Hidup” dengan menggunakan eksperimen!
..................................................................................................................................................................................................................................................
4.        Apakah dengan melakukan eksperimen membuat pembelajaran IPA dengan materi bertemakan peduli pada makhluk hidup menjadi bermakna? Tuliskan pendapatmu!
..................................................................................................................................................................................................................................................
7.    Penilaian Antar Teman
Penilaian antar teman adalah teknik dimana siswa diminta menilai teman sejawatnya atau teman yang lain berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Penilaian antar teman ini digunakan sebagai bahan penilaian dari sudut pandang orang lain. Dalam hal ini adalah temannya tentang sejauh mana siswa selama pembelajaran berlangsung. Agar menghindari adanya subjektifitas didalam penilaian, hendaknya konten dari instrumen serta rubrik yang dibuat pada lembar penilaian antar teman hendaknya bersifat general.
Contoh format penilaian antar teman saat bekerjasama dalam kelompok



LEMBAR PENILAIAN ANTAR TEMAN
Kelomok          : ...........................
Cara Penilaian  : ...........................
1.         Cantumkan nama Anda pada nomor pertama dan nilailah diri anda dengan kriteria:
1.    Tidak baik
2.    Kurang baik
3.    Baik
4.    Sangat baik
2.         Cantumkan nama teman dalam satu kelompok dengan anda, dan nilailah dengan kriteria yang sama

No
Nama
Peserta Didik
Aspek yang dinilai

Jumlah Skor
Peringkat
A
B
C
D
E
F
G
1.










2.










3.










4.










5.










6.











Keterangan aspek yang dinilai
A.       Keaktifan memberikan pendapat/penyampain ide.
B.       Kesediaan menerima pendapat/ide dari teman teman dalam kelompok.
C.       Kesediaan dalam melaksanakan tugas yang diberikan kelompok.
D.       Kemampuan mengambil keputusan dalam kelompok.
E.        Kepeduliaan terhadap kesulitan sesama anggota kelompok.
F.        Kesediaan memberikan kesempatan kepada sesama anggota kelompok.
G.       Kemampuan mengaktifkan kerja kelompok
F.      PENUTUP
1.      Kesimpulan
Assessment pembelajaran IPA di sekolah dasar akan menjadi lebih bermakna dengan menerapkan authentic assessment. Karena penilaian dilakukan secara holistik. Assessment dikemas dengan memadukan nilai religious pada pelaksanaanya, menanamkan attitude serta tak lepas dari alur kinerja ilmiah yang diharapkan akan menanamkan sikap ilmiah bagi peserta dididk. Dalam melakukan penilaian disisipkan bagaimana siswa menyadari akan kebesaran Alloh dari hal yang telah dipelajarinya. Hal ini mengacu pada tujuan pembelajaran IPA yang sebenarnya yaitu untuk lebih mengenal Alloh. Sehingga dari paradigma assessment ini, diharapkan kemampuan IPA, religious, sikap ilmiah dan attitude siswa dapat terinternalisasi pada siswa.
2.      Rekomendasi
Assessment pembelajaran dengan paradigma baru di sekolah dasar  hendaknya dikembangkan juga untuk mata pelajaran yang lainnya. Karena salah satu diantara alat ukur keberhasilan pembelajaran adalah melalui assessment. Jika Assessment pada pembelajaran untuk semua mata pelajaran kualitasnya baik, maka itu bisa sebagai parameter dan arahan untuk menghasilkan out put yang baik pula.


DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. W. 2003. Classroom assessment, Enchancing the quality of teacher decicin making. London: Lawrence Erbaum Associates.

Hamid, M. S. (2011). Standar mutu penilaian dalam kelas. Yogyakarta: Diva Press.

Hayat, B. (2010). Prinsip-prinsip dan strategi penilaian kelas. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kmenterian Pendidikn Nasional. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Kemendiknas.

Many, J., (1999). Assessment and instruction in a graduate literacy education class: Reflecting what i’m learning in what i do. Journal of Adolescent and Adult Literacy. Vol. 42, No. 7. ProQuest.

Nekoulzadeh M. & Taher B. Expansion of virtual e-assessment via framework in web-based courses. Journal Of Advance in Linguis CS, Vol. 3, No. 1, 139.

Nitko, A. J., & Brookhart, S. M. (2011). Assessment and granding in classroom. Boston: Pearson.

Mundilarto. (2012). Penilain hasil belajar fisika. Yogyakarta: UNY Press.

Popham, W. J. (1995). Classroom assessment, what teachers need to know. USA: Alyyn & Bacon.

Setiadi, H. (2008). Penilaian kinerja. Pusat Penelitian Pendidikan Badan Penelitian Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional.
Wiggins, G., & Mc Tighe, J. (2006). Understanding by design. Columbis: Pearson, Merrill Prentice Hall.




[1] Penulis adalah dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Djuanda Bogor dan Alumni Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar