PEMBELAJARAN IPA BERBASIS RUMAH UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN SAINS PROSES
https://proceeding.uniku.ac.id/index.php/pgsd2016/search/authors/view?firstName=Atin&middleName=&lastName=Kurniawati&affiliation=&country=
PEMBELAJARAN IPA BERBASIS RUMAH UNTUK
MENGEMBANGKAN
KETERAMPILAN SAINS PROSES
Atin Kurniawati, Universitas
Djuanda Bogor
Email: atinkurniawati.a10@gmail.com
Abstrak
Pendidikan
tidaklah hanya berupa transfer ilmu pengetahuan, tetapi ada proses pembentukan
sikap serta kepribadian peserta didik. Hal tersebut berlaku juga pada mata
pelajaran IPA /sains. IPA mencangkup aspek pengetahuan yang dihasilkan melalui
metode saintifik, tidak terbatas pada fakta dan konsep saja tetapi juga
aplikasi pengetahuan dan prosesnya yang mengacu pada kemajuan pola pikir
manusia, sehingga IPA memiliki dimensi produksi ilmiah (scientific product),
proses ilmiah (scientific process), sikap ilmiah (scientific attitude),
dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA selama ini yang
banyak diterapkan masih pada lingkup sekolah dengan memanfaatkan laboratorium
ataupun lingkungan sekolah. Sehingga dengan keterbataskan pada lingkup tersebut,
maka pengaplikasian pada kehidupan keseharian peserta didik kurang tergali
padahal sains meliputi dimensi sikap, proses produk dan aplikasi. Maka
diperlukan suatu inovasi pembelajaran yang dapat mengcover hal tersebut,
yakni berupa pembelajaran berbasis rumah. Pembelajaran berbasis rumah lebih
pada titik poin pengembangan keterampilan proses peserta didik yakni dengan
mengintegrasikan materi pembelajaran sains yang memuat kompetensi pembelajaran
dengan komponen-komponen keterampilan proses sains dengan memanfaatkan potensi
lingkungan rumah pada pembelajarannnya. Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran
yang menekankan pada proses belajar, aktivitas, dan kreativitas peserta didik
dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta
menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari. Tujuan dari pembelajaran berbasis
rumah adalah memanfaatkan potensi rumah sebagai tempat pembelajaran serta
mengasah keterampilan proses sains peserta didik sehingga pengaplikasian sains pada kehidupan keseharaian dapat
tergali. Langkah-langkah pembelajaran berbasis rumah meliputi perancangan
yang matang untuk pelaksanaan pembelajaran berbasis rumah meliputi komponen
orang yang terlibat pada kegiatan pembelajaran,
Analisis Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Materi Pembelajaran, RPP,
Modul Pembelajaran, LKPD, soal Keterampilan Proses, Lembar Penilaian berupa
Lembar observasi dan Pelaksanaan Pembelajaran.
Kata Kunci:
IPA/Sains, Pembelajaran Berbasis Rumah, Keterampilan
Proses Sains
PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan ranah yang tak lepas dari faktor penentu dari kemajuan suatu negara.
Beberapa negara terbukti bahwa dengan porsi pendidikan yang diberikan lebih
besar dibanding dengan ranah yang lain memberikan dampak kemajuan yang pesat
bagi warga negaranya. Diantaranya adalah Filnlandia, merupakan sebuah negara
kecil namun dari peringkat pendidikan menempati tinggi. Bahkan mengalahkah
negara lain yang sekian kali lipat luas negara maupun jumlah penduduknya. Kunci
dari kesuksesan tersebut ternyata tak lepas dari perhatian pemerintah yang
cukup besar terhaap ranah pendidikan, baik dari sumber daya manusia, fasilitas,
serta kurikulum yang digunakan saling bersinergi.
Berdasarkan OECD
data PISA 2016 menunjukan bahwa scientific literacy Finlandia menduduki
perangkat teratas diantara negara yang lain. Beranjak dari hal tersebut bahwa
penentu kemajuan pendidikan terutama faktor SDM merupakan salah satu diantara
faktor penting sebagai kunci kemajuan suatu pendidikan. Kemajuan suatu
pendidikan tak lepas dari peran serta dari IPA/sains, karena IPA/sains
merupakan salah satu ilmu dasar/basic dari cabang ilmu pengetahuan yang
lain. IPA/sains ikut andil dalam
mencerdaskan masyarakat serta membentuk karakter peserta didik.
IPA/SAINS
IPA mencangkup
aspek pengetahuan yang dihasilakan melalui metode saintifik, tidak terbatas
pada fakta dan konsep saja tetapi juga aplikasi pengetahuan an prosesnya yang
mengacu pada kemajuan pola pikir manusia, sehingga IPA memiliki dimensi
produksi ilmiah (scientific product), proses ilmiah (scientific
process), sikap ilmiah (scientific attitude), dan aplikasi dalam
kehidupan sehari-hari (Kirikkaya and Vurkaya, 2011). Senada dengan Kirikkaya
and Vurkaya, Carin dan Sund (1990), sains pada hakikatnya meliputi 3 aspek
yakni scientific process, scientific process, scientific attitude. Sains
dipandang sebagai proses (scientific process), artinya sains merupakan
cara untuk memperoleh pengetahuan melalui sejumlah kegiatan keterampilan proses
sains dengan cara berinkuiri, observasi dan eksperimen. Sains dipandang sebagai
produk (scientific products), Sains dipandang sebagai sikap (scientific
attitude) artinya berupa nilai- nilai yang berkembang setelah melakukan
proses ilmiah.
IPA/sains
didefinikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui data dengan eksperimen,
pengamatan, dan deduksi menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala
yang dipercaya. Sebanyak tiga kemampuan yang dimunculkandalam pembelajaran
sains, yaitu: (1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan
untuk memprediksi apa yang belum diamati
dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen; dan (3) kemmapuan
untuk mengembangkan sikap ilmiah (Krikaya dan Vurkaya, 2011).
Pengemasan
pembelajaran IPA tidaklah hanya sekedar transfer of knowlegde, melainkan
seharusnya perlu adanya proses ilmiah serta pembentukan sikap ilmiah serta
pengaplikasian dalam keseharian bagi peserta didik. Pembelajaran merupakan
suatu interaksi dan hubungan yang dilakukan pendidik secara sistematis kepada
peserta didik tentang sesuatu konsep, yang bertujuan untuk melatih, membantu,
memotivasi dan menyenangkan peserta didik dalam belajarnya, sehingga dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Wina Sanjaya (2005)
mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi baik antara
manusia dengan manusia ataupun dengan lingkungan sehingga akan tercapai tujuan
yang telah ditetapkan. HD Sudjana (2000:6) mengemukakan bahwa pembelajaran
adalah upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar
yang dilakukan oleh siswa.
Menurut Kimble dan Garmezy (dalam
Pringgawidadga, 2002: 20), pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku yang relative
tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang-ulang. Pembelajaran memiliki
makna bahwa subjek belajar harus dibelajarkanbukan diajarkan. Subjek belajar
yang dimaksud adalah siswa atau disebut juga pembelajar yang menjadi pusat
kegiatan belajar. Siswa sebagai subjek belajar dituntut untuk aktif mencari,
menemukan, menganalisis, merumuskan, memecahkan masalah, dan menyimpulkan suatu
masalah. Rombepajung (1988:25) berpendapat bahwa pembelajaran adalah
pemerolehan suatu mata pelajaran atau pemerolehan suatu keterampilan melalui
pelajaran, pengalaman, atau pengajaran.
Terkait
karakteristik pembelajaran Brown (2007: 8)
memperinci sebagai berikut:
1.
Belajar adalah menguasai atau memperoleh
2.
Belajar
adalah mengingat-ingat informasi atau keterampilan.
3.
Proses mengingat-ingat melibatkan sistem
penyimpanan, memori, dan organisasi kognitif.
4.
Belajar melibatkan perhatian aktif sadar
dan bertindak menurut peristiwa-peristiwa di luar serta di dalam organisme.
5.
Belajar itu bersifat permanen, tetapi
tunduk pada lupa.
6.
Belajar melibatkan berbagai bentuk
latihan, mungkin latihann yang ditopang dengan imbalan dan hukum.
7.
Belajar adalah suatu perubahan dalanm
perilaku.
Beberapa
kelemahan dan kekurangan yang sering terjadi pada pelaksanaan kegiatan belajar berkisar pada teknis pengaturan waktu dan
kegiatan belajar. Misalnya (Sudjana, 2009: 209): (a) Kegiatan belajar kurang
dipersiapkan sebelumnya yang menyebabkan pada waktu siswa dibawa ke tujuan
tidak melakukan kegiatan belajar yang diharapkan sehingga
ada kesan main – main. Kelemahan ini bisa diatasi dengan
persipan yang matang sebelum kegiatan dilaksanakan.(b) ada kesan dari guru dan
siswa bahwa kegiatan mempelajari lingkungan memerlukan waktu yang cukup lama,
sehingga menghabiskan waktu untuk belajar di lingkungan kelas. Kesan ini keliru
sebab kunjungan ke kebun sekolah untuk mempelajari keadaan tanah, jenis
tumbuhan, dan lain-lain cukup dilakukan beberapa
menit, selanjutnya kembali ke kelas untuk membahas lebih lanjut apa yang telah
dipelajarinya. (c) Sempitnya pandangan guru bahwa kegiatan belajar hanya
terjadi di dalam kelas. Ia pun lupa bahwa tugas belajar siswa dapat dilakukan
di luar jam kelas atau pelajaran baik secara individual maupun kelompok dan
satu diantaranya dapat dilakuakan dengan mempelajari lingkungannya.
Pembelajaran
IPA selama ini yang banyak diterapkan masih pada lingkup sekolah dengan
memanfaatkan laboratorium ataupun lingkunga sekolah. Jika pembelajaran hanya
terbataskan pada lingkup tersebut, maka pengaplikasin IPA/sains pada kehidupan keseharian
peserta didik kurang tergali. Maka perlu suatu inovasi pemebelajaran yang
mendobrak gap tersebut.
Dalam Sukardjo (2010) pada pembelajaran
sains memiliki empat dimensi yaitu sikap, proses, produk dan aplikasi.
1.
Sikap
berkaitan denga
rasa ingin tahu tentang benda, fenomena, alam, makhluk hidup, serta hubungan
sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui
prosedur yang benar.
2.
Proses
berkaitan dengan
prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan metode ilmiah yang meliputi
merumuskan hipotesis, merancang, dan melaksanakan penyelidikan, pengumpulan dan
menganalisis data, serta menarik kesimpulan.
3.
Produk
Produk sains
meliputi konsep, prinsip, hukum dan teori.
4.
Aplikasi
Berkaitan dengan
penerapan metode ilmiah dan produk sains dalam kehidupan sehari – hari.
Dalam pembelajaran sains bukan hanya untuk menguasai sejumlah pengetahuan
sebagai produks sains, tetapi juga harus menyediakan ruang yang cukup untuk
tumbuh berkembangnya sikap ilmiah, berlatih melakukan proses pemecahan masalah,
dan penerapan sains nyata. Proses kecenderungan pembelajaran sains pada masa
kini adalah adanya kenyataan bahwa peserta didik hanya mempelajari sains
sebagai produk, menghafalkan konsep, prinsip, hukum, dan teori. Keadaan ini
diperparah oleh pembelajaran yang berorientasi pada ujian. Akibatnya sains
sebagai sikap, proses, dan aplikasi tidak tersentuh dalam proses pembelajaran
sains. Oleh karena itu, diperlukan cara proses pembelajaran sains yang dapat
menyiapkan peserta didik untuk menguasai sains dan teknologi, mampu berpikir
logis, kritis, kreatif, dapat berargumentasi secara benar, dan yang tidak kalah
penting adalah kemampuan berpikir secara komprehensif dalam memecahkan berbagai
masalah dalam kehidupan nyata.
Rumah sebagai
suatu lingkup lingkungan tempat berpijak serta hampir sebagaian besar waktu
dihabiskan oleh peserta didik di keluarganya memiliki potensi yang besar untuk
menerapkan IPA/sains. Rumah dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 adalah
bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana
pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta asset bagi
pemiliknya. Penggunaan rumah untuk penerapan pembelajaran tentu tak lepas dari
keterlibatan pihak keluarga ataupun orang tua pada kemajuan pembelajaran
putranya.
Sudjana (2006) menyatakan bahwa berbagai
bidang studi yang dipelajari di sekolah, hampir bisa dipelajari dari
lingkungan, seperti ilmu-ilmu sosial, ilmu pengetahuan alam, bahasa, kesenian,
keterampilan, olahraga, kesehatan, kependudukan, biologi dan laian-lain. Adanya
bantuan lingkungan sekitar dalam belajar menyebabkan pembelajaran akan dirasa
lebih bermakna oleh siswa dan menjadi wahana untuk mengembangkan potensi siswa.
Dengan menggunakan lingkungan sebagai media belajar akan memeberikan siswa berbagai kebebasan bergerak dan
menylurkan kreativitas. Lingkungan bisa memberikan inspirasi kepada siswa
sehingga mendapatkan pengalaman baru yang bermanfaat. Terlebih lagi dalam
pembelajaran IPA, pada setiap konsep pembelajarannya akan cepat dipahami siswa
apabila dilakukan praktik dan secara nyata belajar di lingkungan sekitar
terkait dengan materi yang dibelajarkan. Apabila diberikan pembelajaran IPA
berbantuan media lingkungan, anak akan mendapat pengalaman langsung dengan
sumber belajar dan dapat menemukan hal baru yang lebih bermakna bagi dirinya,
sehingga dapat berpengaruh pada hasil belajar.
Berdasarkan teori belajar, melalui
pendektan lingkungan pembelajaran menjadi bermakna. Sikap verbalisme siswa
terhadap penguasaan konsep dapat diminimalkan dan pemahaman siswa akan membekas
dalam ingatannya. Bahwa dari proses pendidikan dan pembelajaran akhirnya akan
bermuara pada lingkungan. Manfaat keberhasilan pembelajaran akan terasa
manakala apa yang diperoleh dari pembelajaran dapat diaplikasikan dan
diimplementasikan dalam realitas kehidupan. Inilah salah satu sisi positif yang
melatarbelakangi pembelajaran dengan pendekatn lingkungan, dalam hal ini pada
lingkup rumah sehingga. Disamping itu pencapaian tujuan pembelajaran juga harus
menjadi priporitas. Karena keberhasilan suatu pembelajalan dikatakan sukses
manakala tujuan yang telah dirancang tercapai. Tujuan belajar
adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukan bahwa siswa telah melakukan
perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap –
sikap yang baru, yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa (Hamalik dalam Jihad dan Haris, 2008: 15).
Secara umum,
tujuan pendidikan yang ingin dicapai melalui aktivitas belajar di luar ruang
kelas atau di luar lingkungan sekolah ialah sebagai berikut (Vera, 2012: 21):
(1) Mengarahkan peserta untuk membangun bakat dan kreativitas mereka dengan
seluas – luasnya di alam terbuka. (2) Kegiatan belajar mengajar di luar kelas
bertujuan menyediakan latar (setting) yang berarti bagi pembentukan
sikap dan mental peserta didik. (3) Meningkatkan kesadaran apresiasi, dan
pemahaman peserta didik terhadap lingkungan sekitarnya, serta cara mereka bisa
membangun hubungan baik dengan alam. (4) Membantu mengembangkan segala potensi
setiap peserta didik agar menjadi manusia sempurna, yaitu memiliki perkembangan
jiwa, raga, dan spirit yang sempurna. (5) Memberikan konteks dalam proses
pengenalan berkehidupan sosial dalam takaran praktik (kenyataan di lapangan).
(6) Menunjang keterampilan dan ketertarikan peserta didik. (7) Menciptakan
kesadaran dan pemahaman peserta didik cara menghargai alam dan lingkungan,
serta hidup berdampingan di tengah perbedaan suku, ideologi, agama, politik
ras, bahasa dan lain sebagainya. (8) Mengenalkan berbagai kegiatan di luar
kelas yang dapat membuat pembelajaran lebih kreatif. (9) Memberi kesempatan
yang unik bagi peserta didik untuk perubahan perilaku melalui penataan latar
pada kegiatan di luar kelas. (10) Memberi kontribusi penting dalam rangka
membantu mengembangkan hubungan guru dan murid. . (11) Memanfaatkan sumber –
sumber yang berasal ari lngkungan dan komunitas sekitar untuk pendidikan. (13)
Agar peserta didik dapat memahami secara optimal seluruh mata pelajaran.
PEMBELAJARAN BERBASIS RUMAH
Frame pembelajaran
IPA yang menyenangkan harusnya menjadi sebuah mindset yang diterapkan kepada
peserta didik. Pembelajaran dapat diterapkan dimanapun, termasuk di ruamahnya
sendiri. Sehingga peserta didik tidak menjadikan IPA sebagi sebuah momok yang
membebani dengan berbagai rumus, hafalan, atauupun setumpuk tugas.
Di rumah
peserta didik dapat menemukan berbagai aplikasi penerapan IPA, Mulai dari hal
yang sederhana sampai hal yang komplek. Pun demikian tidak semua materi yang
dipelajari di sekolah dapat diterapkan di rumah. Maka perlu adanya pengemasan
seerta pemetaan materi dari pendidik agar apa yang nantinya diterapkan di rumah
memang sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan. Keterbatasan waktu
pembelajaran di sekolah untuk melaksnakan kegiatan eksperimen ataupun kegiatan
di luar kelas menjadikan solusi dari keterbatasan tersebut. Pengemasan tersebut
dengan pemberian penugasan ataupun proyek yang dapat dilakukan di rumah.
Pembelajaran berbasis
rumah lebih pada titik poin pengembangan keterampilan proses peserta didik. Pendekatan keterampilan proses merupakan
pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, aktivitas, dan
kreativitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan
sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari. Dalam pengertian
tersebut, termasuk diantaranya keterlibatan fisik, mental, dan sosial, peserta
didik dalam proses pembelajaran, untuk mencapai suatu tujuan (Mulyasa, 2007: 99
– 100).
KETERAMPILAN PROSES
SAINS
Menurut S. Karim A.
Karhami (1998: 11) keterampilan proses adalah keterampilan kognitif yang lazim
melibatkan keterampilan penalaran dan fisik seseorang untuk membangun suatu
gagasan/pengetahuan baru atau untuk meyakinkan dan menyempurnaan suatu gagasan
yang sudah terbentu.
Tujuan keterampilan
proses adalah untuk mengembangkan kreativitas murid dengan berbagai macam
kegiatan yang dapat dilakukannya seperti mengamati, mengklasifikasi,
menghubungkan ruang/waktu, merencanakan, penelitian, merumuskan hipotesis,
mengendalikan variabel, menginterpretasi data, menarik kesimpulan sementara,
meramal, mengaplikasikan perolehan serta mengkomunkasikan perolehan sebagai
hasil belajarnya (Lalu Muhammad Azhar, 1993: 55)
Samana (1992) juga
mengemukakan ciri – ciri keterampilan proses yaitu merupakan pendekatan
pembelajaran yang strategis , mendayagunakan semua daya (fungsi) diri siswa,
bersifat generis (mendukung nilai tambah dan meningkatkan kreativitas),
bersasaran utuh serta kemanusiaan, dan sekaligus meningkatkan sosialisasi diri
siswa (pelayan sesama).
Ardiansyah (2003)
menyatakan bahwa ciri – ciri umum pendekatan keterampilan proses adalah :
a.
Mendambakan aktivitas siswa untuk memperoleh informasi sebagai
sumber (misalnya dari observasi, eksperimen, dan sebagainya)
b.
Guru tidak dominan melainkan bertindak selaku organisator dan
fasilitator
Mundilarto (2002)
mengemukakan keterampilan proses dapat dikelompokkan dalam:
a)
Keterampilan proses dasar (basic
skill), meliputi: mengamati, observasi, mengklasifikasi, berkomunikasi,
mengukur, memprediksi, dan membuat inferensi.
b)
Keterampilan proses terpadu (integrated skills), meliputi:
mengidentifikasi variabel, merumuskan definisi operasional variabel, menyusun
hipotesis, merancang penyelidikan, mengumpulkan dan mengolah data, menyusun
tabel data dan grafik, mendeskripsikan hubungan antar variabel, menganalisis,
dan melakukan eksperimen.
Menurut Abruscato dalam (Patta Bundu, 2006: 23)
menyatakan bahwa penggolongan keterampilan proses sains meliputi :
a)
Observing (mengamati)
b)
Using space relationship (menggunakan hubungan ruang)
c)
Using number (menggunakan angka)
d) Classinying (mengelompokkan)
e)
Measuring (mengukur)
f)
Communicating (mengkomunikasikan)
g)
Predicting (meramalkan)
h)
Inferring (menyimpulkan)
Cony Setiawan et al (1986) juga mengemukakan kemampuan – kemampuan atau
keterampilan – keterampilan proses mendasar meliputi mengobservasi atau
mengamati, menghitung, mengukur, mengklasifikasikan, mencarai hubungan ruang
dan waktu, membuat hipotesis, merencanakan penelitian/eksperimen, mengendalikan
variabel, menginterpretasikan atau menafsirkan data, menyusun kesimpulan
sementara (inferensi), meramalkan (memprediksi), menerapkan (mengaplikasikan),
mengkomunikasikan.
Adapun indikator –
indikator keterampilan proses seperti yang dikemukakan Mulyasa (2007: 100)
anatara lain meliputi kemampuan mengidentifikasi, mengklasifikasi,
menghitung, mengukur mengamati, mencari hubungan, menafsirkan, menyimpulkan,
menerapkan, mengkomunikasikan, mengekpresikan diri dalam suatu kegiatan untuk
menghasilkan suatu karya.
Menurut B.
Suryobroto (1986: 130-133) langkah – langkah pelaksanaan keterampilan proses
meliputi:
1.
Pemanasan
Tujuan kegiatan ini untuk mengarahkan siswa pada pokok permasalahan
agar siswa siap, baik secara mental, emosional, maupun fisik.
Kegiatan ini antara lain dapat berupa:
a) Pengulasan langsung
pengalaman yang pernah dialami siswa ataupun guru.
b) Pengulasan bahan
pengajaran yang pernah dipelajari pada waktu sebelumnya.
c) Kegiatan – kegiatan
yang menggugah dan mengarahkan perhatian – perhatian siswa antara lain meminta
pendapat/saran siswa, menunjukan gambar, slide, film, atau benda lain.
2.
Proses belajar mengajar
Proses belajar mengajar hendaknya selalu mengikutkan siswa secara
aktif guna mengembangkan kemampuan – kemampuan siswa antara lain kemampuan
mengamati, menginterpretasikan, meramalkan, mengaplikasikan konsep, merencanakan,
dan melaksankan penelitian, serta mengkomunikasikan penelitiannya.
LANGKAH-LANGKAH
Pendidik perlu
merancang dari perangkat, proses pelaksanaan hingga penilaian. Perangkat dengan
menyiapkan silabus, RPP, media (menilik yang ada di rumah), LPKD, Modul
pembelajaran, Instrumen penilaian. Proses pelaksanaan dengan melist pihak yang
terlibat pada pelaksanaan. Pada penilaian dengan menyiapkan instrumen penilain
sebagai bahan pengevaluasian.
Langkah
pelaksnaan pembelajaran dengan berbasis rumah lebih melibatkan kreativitas
peserta didik, perangkat di rumah yang mendukung proses pelaksanaan, serta
kolaborasi dengan orang tua yang akan mendampingi pelaksanaannya. Adapun
langkah penyusunan perangkat yang bembrelajarannnya meliputi:
-
Analisis SK dan KD, materi pembelajaran
Standar kompetenasi dan kompetensi dasar dipilah yang mendukung
terlaksananya pembelajaran berbasis rumah.
-
Pembuatan RPP
Pembuatan RPP dengan mengetahui karakteristik peserta didik, gaya belajar,
media yang mendukung pelaksanaan, materi pembelajaran.
-
Pembuatan Modul pembelajaran
Modul merupakan buku panduan materi yang mencangkup materi pembelajaran
yang mengukur Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Modul ini sebagai bahan
bacaan bagi peserta didik sebelum pelaksanaan pembelajaran.
-
LKPD
Lembar Kerja Peserta didik disusun yang dapat mengukur komponen
keterampilan proses. Dengan pembuatan
langkah pelaksanaan pada LKPD yang mencerminkan komponen keterampilan proses
pada step-step pelaksanaan. Disamping itu juga merancang alat dan bahan yang
digunakan yang sekiranya dapat tersedia pada lingkungan rumah.
-
LKPD hendaknya dilengkapi dengan soal
keterampilan proses. Soal keterampilan proses disusun dengan membuat kisi-kisi
soal keterampilan proses, yang meliputi komponen keterampilan proses yang akan
diukur, jumlah butir soal, serta nomer soalnya. Soal keterampilan proses ini
untuk mengukur kemampuan kognitif serta keterampilan proses.
-
Lembar penilaian
Lembar penilaian mengukur kemampuan secara holistik yakni mencangkup afektif,
kognitif dan psikomotorik. Lembar penilaian tersebut berupa lembar observasi
beserta pedoman penskoran. Lembar observasi tersebut untuk mengukur kemapuan
afektif dan psikomotorik.
-
Pelaksanaan pembelajaran berbasis rumah dengan
memberikan suatu tugas/proyek yang memuat serta mengembangkan komponen
keterampilan proses sains peserta didik. Pada pelaksanaan tersebut juga
dijabarkan siapa yang berperan/terlibat pada saat pelaksanaan.
PENUTUP
Perlu suatu perancangan yang matang untuk pelaksanaan pembelajaran
berbasis rumah meliputi komponen orang yang terlibat pada kegiatan
pembelajaran, Analisis Standar
Kompetensi, Kompetensi Dasar, Materi Pembelajaran, RPP, Modul Pembelajaran,
LKPD, soal Keterampilan Proses dan Lembar Penilaian berupa Lembar observasi. Sehingga tujuan pembelajaran yang telah di
rancang dapat tercapai serta kemapuan keterampilan proses sains peserta didik
dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah. 2003. Penerapan
pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA fisika konsep
arus listrik kelas III semester 5 di MTs N Tenggarong, Jurnal Penelitian.
Azhar, L.M. (1993). Proses belajar mengajar pola CBSA. Surabaya: usaha Nasional.
Brown,
H. Douglas. 2007. Prinsip Pembelajaran
dan Pengajaran Bahasa (Edisi Kelima). USA: Pearson Educatoin, Inc.
Brualdi, A. (1998). Implementing
performance assessment in the classroom. A Peer-reviewed Electronic Journal, Vol. 6, No. 2000, 1-4.
OECD
Data Science performance PISA.Diambil pada tanggal 22 September 2016, dari https://data.oecd.org/pisa/science-performancepisa. htm
Jihad, Haris.
2008. Evaliasi Pembelajaran. Jakarta: Multi Press.
Karhami, S.K.A. (1998). Panduan pembelajaran fisika SLTP. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Kirikkaya, E.B. dan Vurkaya, G. 2011. The Effect of Using
Alternative Assessment Activities on Student,s Success And Attitudes in Science
and Technology Course. Educational
Sciences: Theory and Practice. Spring 2011. Pages 997-1004.
Mundilarto. (2002, April). Pembelajaran fisika yang menarik sebagai dasar
pembentukan calon fisika, Makalah
disampaikan dalam seminar Quantum pendidikan fisika di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Mulyasa, E. (2007). Menjadi guru profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pringgawidagda,
Suwarna. 2002. Strategi Penguasaan
Berbahasa. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Rombepanjung.
1998. Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa
Asing. Jakarta: Depdikbud Dirjennd Dikti Proyek Pengembangan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Samana. (1992). Sistem pengajaran prosedur pengembangan sistem
instruksi (PPSI) dan perkembangan metodologisnya. Yogyakarta: Kanisius.
Sanjaya, W. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Semiawan, C. et all. (1986). Pendekatan
keterampilan proses. Jakarta: Gramedia.
Sudjana, Nana
dan Ahmad Rivai. 2006. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sudjana, Nana. 2009. Penelitian Dan
Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sukardjo. (2010). Buku Pegangan Kuliah Kapita Selekta
Pendidikanr Sains. Yogyakarta: FMIPA UNY
Suryobroto, B. (1986).Mengenal
metode pengajaran di sekolah dan pendekatan baru dalam proses belajar mengajar.
Yogyakarta: Amarta.
Undang – undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang
Perumahan dan Kawasan Pemukiman.
Vera,
Adelia. 2012. Metode Mengajar Anak di Luar Kelas (Outdoor Study).
Jakarta: Diva Press.
PROFIL SINGKAT
Atin Kurniawati, M. Pd. Cilacap, 20 Agustus
1984.Penulis sebagai dosen di Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Program Studi
PGSD Universitas Djuanda Bogor. Menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta lulus tahun 2007
dengan menyandang gelar S. Pd., S2 di Universitas Negeri Yogyakarta lulus 2015
menyandang gelar M. Pd. Penulis berkiprah di lingkup pendidikan semenjak 2008
menjadi seorang pendidik SD IT Luqmqn Al Hakim Yogyakarta, 2009-2015 SMK N 4
Yogyakarta, 2015 SMP N 4 Pakem dan SMA N 2 Ngaglik, 2015 - sekarang di
Universitas Djuanda Bogor. Alamat tempat tinggal di Bogor. Kontak person
penulis 081328562531, dengan alamat email atinkurniawati.a10@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar